​Mengapa Umat Islam Berselisih dan Berbeda Pendapat..

Mengapa Umat Islam Berselisih dan Berbeda Pendapat..
Ada sebuah pertanyaan ditujukan kepada Amirul Mukminin Ali as: 
Ya Ali, nabi kita satu dan kitab suci kita satu, lalu mengapa umat berpecah-belah, berselisih dan berbeda pendapat..?
Beliau as menjawab:
Di tengah masyarakat (Islam) ada yang hak dan ada yang batil, 

Ada yang benar dan ada yang dusta, 

Ada hukum yang jelas (muhkam) dan ada hukum yang samar (mutasyabih), 

Ada hukum yang bersifat ‘am dan ada hukum yang bersifat khash, 

Ada hukum yang terjaga kemurniannya dan ada hukum yang telah bercampur, 

Ada hukum yang difahami dengan benar dan ada hukum yang difahami secara keliru, 

Ada hukum yang mengganti (nasikh) dan hukum yang diganti (mansukh)…
Sementara itu, banyak orang yang berdusta atas nama Rasulullah saw, hingga beliau marah lalu naik mimbar dan berkata:
من كذب علي متعمدا فليتبوا مقعده من النار
Barang siapa yang berdusta atasku dengan sengaja, maka bersiaplah untuk bertempat di neraka.
Semua fakta di atas meniscayakan adanya perbedaan dan ikhtilaf.
Kemudian, para periwayat hadis dan sabda beliau saw terbagi menjadi empat golongan, dan tidak ada yang kelima.
1. Al Munafiqun
Orang-orang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran. 
Mereka sengaja masuk Islam untuk merubah dan menghancurkan Islam dari dalam. 
Mereka selalu ada saat nabi bersabda, namun mereka menyampaikan kepada umat sabda yang telah ditahrif dan diubah sesuai dengan kepentingan mereka.
2. Al Khatiun
Mereka adalah awam muslimin dengan kadar intelektualitas sederhana. 
Orang-orang yang berdaya faham rendah serta daya ingat lemah. 
Orang-orang yang merubah ajaran Rasul saw tanpa sengaja, semata-mata karena keterbatasan daya faham dan ingatnya.
3. Ahlusy Syubhah
Orang-orang yang tidak mempunyai pemahaman sempurna atas teks ayat dan riwayat, mereka berbeda pendapat dalam memahami serta menafsirkan bahkan teks ayat dan riwayat yang sama.
Kelompok ketiga ini meliputi seluruh ulama Islam tanpa terkecuali, karena mereka hanya memahami teks ayat dan riwayat sebatas keilmuan dan pemahamannya. 
Bahkan tidak jarang seorang ulama terus merevisi penafsiran serta pendapatnya sendiri dari waktu ke waktu.
Sebelum menyebutkan yang keempat, bisa kita simpulkan, bahwa:
Perbedaan pendapat umat Islam ini, jika terjadi di zaman Rasul saw, mereka tinggal datang kepada beliau untuk mendapatkan ajaran yang benar.
Namun, jika perbedaan terjadi di zaman pasca Rasul saw, siapa yang bisa menjadi rujukan kebenaran..?
Tiga kelompok periwayat di atas tidak satu pun bisa menjadi rujukan kebenaran.
Dan jika para perawi itu hanya terbatas pada tiga golongan di atas, maka Risalah Islam itu hanya akan aktual di zaman Rasul saw. 
Pasca beliau, Islam tidak lagi bisa dipakai karena telah berubah menjadi risalah yang multi tafsir tanpa rujukan kebenaran.
Bagaimana dengan periwayat keempat..? 

Siapa mereka..?
4. As Shadiqunal al Hafizhun
Orang-orang yang selalu jujur, mempunyai kemampuan untuk menjaga kemurnian risalah Islam dan menjadi rujukan kebenaran layaknya Rasulullah saw. 
Tentu orang-orang ini haruslah ma’shum seperti halnya Rasul saw, meski mereka bukan nabi dan tidak membawa risalah baru. 
Mereka adalah manusia-manusia yang mampu menjadi rujukan kebenaran atas risalah Muhammad saw.
Hanya dengan adanya periwayat keempat ini umat akan terselamatkan dari ikhtilaf, dan risalah Islam bisa tetap aktual sepanjang masa.
(Sebuah ulasan dan terjemahan bebas atas Khutbah 210 Nahjul Balaghah).
@mutiaraahlulbayt

Tinggalkan komentar