KEMULIAAN SHOLAWAT

KEMULIAAN SHOLAWAT

👉Sholawat Memiliki keistimewaan. Ia satu-satunya ibadah yang dicontohkan Tuhan sebelum diperintahkan.

👉 Para ulama beragam pendapat mengenai arti sholawat Tuhan pada Nabi Muhammad Saww.

👉 Ada yang berpendapat bahwa sholawat Tuhan pada Nabi Muhammad Saww adalah penyucian. Karena itu, ketika kita bersholawat kita pun bergerak ke arah kesucian.

👉Dalam Hadis Bihar al-Anwar, seseorang bertanya kepada Amirul Muminin Ali bin Abithalib as tentang empat hal :

1.Apa itu wajib

👉Imam Ali as menjawab, ”Taat kepada (perintah) Allah.”

👉Apa yang lebih wajib

👉”Meninggalkan dosa yang dilarang Allah.”

2.Apa yang dekat

👉”Hari kiamat.”

👉apa yang lebih dekat

👉”Kematian.”

3.Apa yang aneh

👉”Dunia.”

👉”Apa yang lebih aneh dari itu?”

👉”Para pecintanya.”

4.”Apa yang sulit?

👉”Kuburan.”

👉”Apa yang lebih sulit dari itu?”

👉”Memasukinya tanpa persiapan.”

👉Dalam riwayat lain, pertanyaan keempat itu dijawab dengan ”Perjalanan, dan menempuhnya tanpa perbekalan.” Ada juga riwayat, ”Alam kubur, dan memasukinya dengan tangan kosong.”

👉Yang menarik adalah riwayat ketika jawaban itu diberikan Amirul muminin Ali bin abithalib as dalam syair yang indah

Taubur rabbil warab waajibun ‘alaihim
Wa tarkuhum lidz dzunuubi awjab(un)

Wad dahru fii sharfihi ‘ajabun
Wa ghiflatun naasi fiihi a’jab(un)

Was shabru fin naa’ibaati sha’bun
Laakin faututs tsawaabi as’ab(un)

Wa kullama yurtajaa qariibun
Wal mawtu min kulli dzaaka aqrab(un)

👉Artinya :

Bertaubat pada Tuhan wajib bagi mereka dalam ketaatan Dan menjauhkan diri dari dosa di atas kewajiban

Dan waktu dalam menjalaninya sangat mengherankan Terlebih lagi mereka yang lupa dan terlenakan

Dan sulit bersabar dalam penderitaan tapi kehilangan pahala karena kesabaran jauh lebih merugikan

Dan dekatlah setiap yang diharapkan tapi yang lebih dekat dari semuanya adalah kematian

👉Kalimat Imam ali as,sangat indah, singkat, namun dalam maknanya dan saling memperkaya satu dengan yang lainnya.

👉Menurut Amirul muminin Ali bin abithalib as, taubat wajib. Tapi lebih wajib lagi berusaha meninggalkan dan menjauhkan diri dari dosa.

👉Dunia ini aneh, ajaib, mengherankan. Lebih aneh lagi orang yang lalai dan terlena di dalamnya. Lalu, yang disebut kesulitan adalah ketika kita menghadapi musibah. Tapi akan lebih menyulitkan lagi, akan lebih menyakitkan lagi tatkala kita kehilangan pahala karena tidak bersabar menghadapinya. Dan yang terakhir, manusia merasa dekat dengan harapan-harapan dan keinginannya. Padahal yang lebih dekat dari segala sesuatu adalah kematian.

👉Hadis Bihar al-Anwar 75:89 itu menunjukkan pada kita keutamaan Amirul muminin Ali bin abithalib as sebagai pintu kota ilmu Rasulullah Saww.

👉 Menurut Imam Ali as, Baginda Nabi muhammad saww mengajari seribu pintu. Dan untuk seribu pintu, terbuka seribu pintu berikutnya.

👉Mungkin metaforis, tetapi ia mengajak kita untuk merenung tentang perjalanan singkat di dunia ini.

👉Perjalanan yang memerlukan ilmu agar mengetahui prioritas memanfaatkannya.

👉Dalam hadis qudsi, dialog antara Allah Ta’ala dan Rasulullah Saww. Sebuah kitab

”Kalimatullah” bahkan mengumpulkan percakapan wahyu antara para nabi muhammad saww dan Allah swt. Antara lain ada yang berbunyi seperti ini.

👉Tuhan bertanya, ”Untuk dan kepunyaan siapakah langit dan bumi?”

👉NabiMuhammad Saww, ”UntukMu dan milikMu Ya Rabb.”

👉”Perahu dan lautan, untuk siapakah?”

👉”UntukMu juga Ya Rabb.”

👉”Surga dan neraka?”

‘👉’UntukMu dan milikMu ya Rabb…”

👉”Lalu, Aku (Allah swt)…untuk siapakah?”

👉Lalu Bersujud lah Nabi Muhammad Saww mendengar ini. Baginda menjawab, ”Engkau jauh lebih mengetahuinya Ya Rabb…”

👉Suara kudus pun bergema, ”Aku…bagi dia yang bersholawat kepada Muhammad dan (Ahlulbait as) keluarga Muhammad.”

👉Sholawat juga mengajarkan pada kita untuk patuh, cinta, taat penuh seluruh, pasrah seutuhnya pada seorang hamba pilihan Tuhan, kekasihNya, cahaya terangNya di tengah-tengah manusia, perwujudan rahmatNya untuk alam semesta.

👉 Ayat Surat Al-Ahzab 56 yang menggunakan bentuk ”taslim” setelah perintah sholawat sering diterjemahkan: dan ucapkanlah salam.

👉 Padahal kata yang sama pada Al-Nisaa 65 diterjemahkan: ”menerima dengan sepenuhnya.”

👉Sholawat karenanya membimbing kita untuk mendahulukan keinginan, perintah, kepentingan, dan keputusan Rasulullah Saww di atas segalanya.

👉Itulah mengapa, di mata air Khum, Nabi Muhammad Saww berdiri dan bertanya, ”A lastu awla bikum? Bukankah aku lebih kalian utamakan, lebih kalian dahulukan (di atas yang lainnya)?” Dan serentak para sahabat menjawab, ”Balaa…Benar ya Rasulallah saww.”

👉 Kemudian Nabi Muhammad Saww mengangkat tangan Amirul muminin Ali bin abithalib as…. adakah cincin bertaut pada tangan-tangan suci itu?

👉 Dan Nabi Muhammad Saww bersabda, ”Man kuntu mawla, fa ‘Aliyyun mawlaahu.” Siapa saja yang mengutamakan aku, hendaknya ia mengutamakan Ali juga.”

👉Setidaknya, ada tujuh faidah sholawat di dunia dan duabelas faidah di akhirat.

👉Saya sarikan dari berbagai sumber dari hadis-hadis Baginda Nabi Muhammad Saww dan keluarganya yang suci.

👉Faidah duniawi :
Bersama 100 sholawat, Allah swt mencukupkan 100 keperluan.

👉Bersholawat dengan lantang, membantu mengikis kemunafikan.

👉Sholawat adalah sarana untuk menyucikan amalan, menyempurnakannya, dan melengkapi kekurangannya.

👉Bagi setiap sholawat yang dibaca, Allah swt taburkan kesejahteraan bersamanya.

👉Membaca sholawat, menjauhkan kefakiran.

👉Sholawat membantu mengingatkan perkara atau urusan yang dilupakan.

👉Sholawat mengekang dan merendahkan musuh yang selalu dekat dengan manusia, yaitu godaan setan yang terkutuk.

👉Adapun duabelas faidah ukhrawi seperti berikut ini :

👉Dari Imam Shadiq as, ”Barangsiapa bershalawat 10 kali, Allah swt bershalawat baginya 100 kali.” Ada juga yang menyebutkannya 1000 kali.

👉Imam Ja’far as,berkata ”Barangsiapa yang Allah bersholawat untuknya 1000 kali, ia dijauhkan dari api dan siksa Tuhan. Dan bagi setiap sepuluh sholawat, ada sepuluh kebaikan. Dan bagi setiap sepuluh sholawat, ada sepuluh dosa yang diampunkan. Dan bagi sepuluh sholawat, ada sepuluh derajat yang ditinggikan. Ia termasuk penghuni surga.

👉Makhluk yang paling layak dan paling dekat kedudukannya dengan Rasulullah Saww di hari kiamat adalah orang-orang yang paling banyak bersholawat untuknya di dunia.

👉Di antara wasiat Nabi muhammad Saww pada Amirul muminin Ali bin abithalib as, ”Siapa saja bersholawat kepadaku, wajib baginya syafaatku.”

👉Dari Imam Ridha as, ”Bersholawat pada Nabi muhammad Saww di sisi Tuhan, setara dengan tasbih, tahlil, dan takbir.”

👉dari Imam Ridha as, ”Siapa saja yang kesulitan menebus kifarat dosa-dosanya, hendaknya memperbanyak bersholawat karena sholawat pada Nabi Muhammad Saww dan (Ahlulbait as) keluarganya akan menggugurkan dosa-dosa.”

👉Dari Amirul muminin Ali bin abithalib as, ”Sholawat lebih cepat menghapuskan dosa ketimbang air memadamkan api.”
Bacaan shalawat di hari kiamat akan menjadi cahaya yang menemani manusia di depannya, belakang, kiri dan kanan, atas dan bawahnya.

👉Barangsiapa membaca
”Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ali Muhammad”
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ

👉Allah swt menganugerahkan baginya pahala 72 syuhada.

👉Sholawat menerangi alam kubur dan memberatkan timbangan.

👉Sholawat menjadi perisai yang menghalangi api neraka.

👉Sholawat menghilangkan pahitnya kematian, dahsyatnya perpindahan, dan kehausan pada hari kebangkitan.

👉Nah, untuk faidah yang keduabelas dijabarkan agak panjang berikut ini.

👉Dari Imam Musa bin Ja’far as, ”Barangsiapa yang berdoa tanpa membukanya dengan pujian pada Allah dan sholawat pada Rasulullah Saww dan ahlulbait as (keluarganya), bagaikan orang yang membentangkan busurnya tanpa anak panah.”

👉Sholawat memang artinya doa. Dan doa adalah inti dari seluruh peribadatan.

👉Sholawat juga bentuk jamak dari sholat.

👉sholawat dimaknai rahmat, ampunan, pujian, penyucian, dan anugerah kemuliaan. Ada juga yang mengotak-atik kata: shad dalam sholawat adalah ‘shamad’, laam-nya adalah ‘lathiif’, waw-nya adalah ‘wahid’, dan haa-nya adalah ‘haadi’. Semua dari nama-nama indah Tuhan.

👉Sholawat juga menyembuhkan, meringankan beban.Tapi sholawat juga menumbuhkan kerinduan. Kerinduan yang takkan terpenuhi, takkan terlepaskan hingga saat pertemuan nanti. Yaitu kerinduan dan kecintaan pada Rasulullah Saww dan keluarganya yang suci.

👉Jadi ada dua jenis sholawat. Yang pertama disebut sholawat buntung. Yaitu sholawat yang tak menyertakan keluarga Rasulullah Saww. Shalawat yang hanya berbunyi, ”Allahumma shalli ‘ala Muhammad” tanpa ”wa ali Muhammad.”

👉Baginda Nabi Muhammad Saww berkata ”Sholawat yang terputus takkan mencium wewangian surga.” 😭😭😭

👉Dalam Ash-Shawaiq al-Muhriqah, Ibnu Hajar meriwayatkan dari Ka’ab bin Ujrah tentang larangan Nabi Muhammad Saww, ”Janganlah bersholawat kepadaku dengan sholawat yang terputus.”

👉 Hadis dengan makna yang sama untuk menyertakan keluarga Nabi Muhammad Saww diriwayatkan juga oleh Qurthubi dalam al-Jami’ li ahkaamil Qur’an, 14:233, Shahih Bukhari 6:12, Tafsir Ibnu Katsir 3:506, Al-Durr al-Mantsur 5:215, Al-Kabir Fakhrurrazi 25: 226 dan masih banyak lagi.

👉 Imam Syafi’i bahkan memasukkannya sebagai syarat sah sholat. Tidak diterima sholat kita kalau dalam tahiyyat, dalam tasyahhud tidak ada sholawat pada ahlulbait as keluarga Rasulullah Saww.

👉Dari Imam Ja’far Shadiq as: Satu hari, Rasulullah Saww bersabda pada Amirul muminin Ali bin abithalib as, ”Wahai Ali, sudahkah engkau kuberi kabar gembira?”

👉”Ayah dan ibuku menjadi tebusan bagimu. Ya Rasulullah, engkau selalu menjadi kabar gembira bagiku.”

👉” Malaikat Jibril baru saja mengabarkan padaku sesuatu yang istimewa.”

👉”Apakah gerangan itu Ya Rasulullah…?”

👉”Ia memberitahuku, siapa saja di antara umatku bersholawat kepadaku dan setelahnya pada ahlulbait ku keluargaku, Allah swt akan bukakan baginya pintu-pintu langit. Para malaikat membalas sholawatnya tujuhpuluh kali. Dan akan diampuni dosa-dosanya sebagaimana dedaunan yang berguguran dari batangnya.

👉Lalu Allah swt berkata kepadanya, ”Labbayka yaa ‘abdii wa sa’daik…labbaik wahai hambaKu dan berbahagialah.” Kemudian Allah swr berkata kepada para malaikat, ”Wahai malaikatku, kalian bersholawat untuknya 70 kali. Maka dariKu sholawat baginya 700 kali.”

👉Tetapi lanjut Baginda Nabi Muhammad Saww berkata bila ia hanya bersholawat kepadaku dan tidak menyambungkannya dengan shalawat pada ahlulbait ku keluargaku, 70 pintu langit tertutup. Tuhan akan berkata, ”Tidak ada labbaik bagimu, tidak ada sa’daik bagimu.

👉 Wahai para malaikatKu, jangan bawa doanya naik, kecuali ia sambungkan sholawatnya pada nabi Ku dengan sholawat untuk ahlulbait as keluarganya.” Maka hamba yang mengucapkan

‘Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ali Muhammad’

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ

terikat dalam kecintaan (hingga ia digabungkan, dipersatukan, bersamaku dan keluargaku.) Sebagaimana ia bersholawat kepadaku dan ahlulbait ku keluargaku.”

👉Sholawat yang lengkap itulah bentuk sholawat yang kedua. Sholawat kamil atau jami’.

👉Sholawat yang menyertakan Nabi Muhammad Saww dan ahlulbait as keluarganya. Inilah makna berikutnya dari sholawat: kerinduan tak berkesudahan untuk Baginda dan keluarga sucinya. Maka ketika kita mendengar nama Baginda, lalu kita membaca, ”shallallahu ‘alaihi wa sallam, shalawat Allah baginya dan salam,” sudah lengkapkah shalawat kita? Bacalah, ”shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam, salam shalawat Allah baginya dan keluarganya.”

👉Dan bukankah sekikir-kikirnya manusia, adalah ia yang disebut nama ”Muhammad” atau nama-nama Rasulullah Saww lainnya dan tak bersholawat kepadanya. Kikir di dunia, dan merugi di akhirat. Itulah kerugian yang sebenar-benarnya.

👉Sholawat menjadi wasilah mendekatkan diri pada keluarga Rasulullah Saww. Kecintaan pada keluarga Nabi muhammad saww menjadi wasilah kecintaan pada Rasulullah Saww. Dan kecintaan pada Rasulullah Saww menjadi wasilah untuk sampai pada ridho Tuhan. ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan mendekatkan diri) kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. 5:35)

👉Di antara doa yang baik didawamkan adalah doa ini, ”Allahumma inni as’aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka wa hubba ‘amalin shalih yuqarribuni ilaa hubbika.

Artinya :
Ya Allah, aku mohonkan padaMu cintaMu, dan cinta mereka yang mencintaiMu, dan cinta perbuatan baik yang mendekatkan kami pada cintaMu.” Mencintai para nabi, Rasulullah Saww dan ahlulbait as keluarganya yang suci, para teladan saleh sepanjang sejarah adalah perwujudan dari ‘cinta mereka yang mencintaiMu.’ Kita pun bermohon agar diberi kecintaan pada perbuatan yang mendatangkan kecintaan Tuhan.
Labbaika ya rasulullah saww..
Aku bersaksi amirul mu’minin ali bin abithalib as adalah hujjah allah dan aku bersaksi amirul mu’minin Ali bin abithalib as waliyullah

👉SHOLAWAT👈
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Salam_atas_wafatnya_Sayyidina_Abu_Thalib_as_pada_tanggal_7_Ramadhan

#Salam_atas_wafatnya_Sayyidina_Abu_Thalib_as_pada_tanggal_7_Ramadhan

Demi Allah pencipta alam semesta berserta isinya! Hamba bersaksi demi kebenaran yg disampaikan oleh Rasulullah saww dan Ahlulbait as, bahwa Sayyidina Abu Thalib as adalah seorang Mukmin sejati.

Sebagian orang yg mengkafirkan Sayyidina Abu Thalib as adalah datang dr mulut orang2 yg memusuhi Imam Ali as dr kalangan Khawarij dan Nawashib.

Karena kebencian dan penentangan mereka kepada Imam Ali as, maka mereka berusaha keras untuk menjatuhkan kemuliaan dan kewibawaan Imam Ali as dengan menciptakan hadis2 palsu tentang kekafiran Sayyidina Abu Thalib as (ayahanda tercinta Imam Ali as dan paman tercinta Nabi Muhammad saww) yg diproduksi pada zaman dinasti zalim Umayyah.

Keyakinan wafatnya Sayyidina Abu Thalib as itu dalam keadaan Kafir diyakini oleh mereka berdasarkan dr 2 dalil ayat Al-Quran, yaitu yg pertama surat At-Taubah (Bara’ah) 133…

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَىٰ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ

“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang2 yg beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang2 musyrik, walaupun orang2 musyrik itu adalah kaum kerabatnya, sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang2 musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.”

Dan dalil ayat yg kedua adalah surat Al-Qashash 56…

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yg kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yg dikehendakiNya, dan Allah lebih mengetahui orang2 yg mau menerima petunjuk.”

Dan dibawah ini adalah bantahan dr tuduhan dan fitnah Tafiri tersebut dr kedua ayat Alquran diatas yg dijadikan dalil penegesahan kekafiran Abu Thalib as.

Terbukti kedua ayat yg dituliskan diatas yg dijadikan dalil oleh Takfiri kontradiktif diantara satu dengan yg lain.

Perlu diketahui bahwa kedua ayat ini berjarak sekitar 10 tahun jarak waktunya. Karena ayat ke dua turun di Mekkah dan yg pertama di Madinah.

Ayat pertama di atas itu adalah bagian dari surat Al-Bara’ah yg merupakan surat terakhir, secara ittifaq. Karena itu, sangat tidak cocok dan mengada2 ditujukan pada bukti kekafiran Abu Thalib as.

Untuk mengecek bahwa surat Bara’ah itu adalah surat yg paling terakhir turunnya, bisa dilihat di:

Shahih Bukhari 7/67; al-Kasysyaf 2/49; Tafsir al-Qurthubi 8/173; al-Itqan 1/17; Tafsir al-Syawkani 3/316 yg menukil dari Ibnu Syaibah, Bukhari, Nasa’i, Ibnu al-Dharis, Ibnu al-Mundzir, al-Nuhas, Abu al-Syaikh, Ibnu Murdawaih melalui jalur al-Barra’ bin ‘Azib.

Kalau ada yg ngotot memaksakannya juga, bahwa Nabi saww memintakan ampun untuk Abu Thalib ra sampai ke Madinah dan sampai datangnya ayat tersebut, maka jawabannya adalah, Hal ini adalah pengada2an lain yg lebih parah. Karena sudah jelas bahwa dikatakan ayat tersebut turun ketika Abu Thalib ra mau meninggal.

Yg ke dua, sebagaimana sudah dijelaskan di atas, bahwa ayat tersebut adalah Madaniyyah dan merupakan surat yg terakhir dimana sebelumnya sudah turun surat lain dan ayat lain yg menyatakan dengan nyata bahwa tidak mungkin seorang mukmin itu menyayangi orang kafir sekalipun keluarga, yaitu surat al-Mujadalah yg turun di Badar, yaitu dua tahun setelah hijrah dan kira-kira 6-8 th sebelum turunnya surat al-Bara’ah itu.

Ayat yg dimaksud adalah ayat 22 dari surat al-Mujadalah, yg berbunyi:

ﻟَﺎ ﺗَﺠِﺪُ ﻗَﻮْﻣًﺎ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻳُﻮَﺍﺩُّﻭﻥَ ﻣَﻦْ ﺣَﺎﺩَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟَﻪُ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﺁﺑَﺎﺀَﻫُﻢْ ﺃَﻭْ ﺃَﺑْﻨَﺎﺀَﻫُﻢْ ﺃَﻭْ ﺇِﺧْﻮَﺍﻧَﻬُﻢْ ﺃَﻭْ ﻋَﺸِﻴﺮَﺗَﻬُﻢْ

“Tidak mungkin didapatkan kaum yg beriman kepada Allah dan hari akhirat, menyayangi orang yg memerangi Allah dan RasulNya sekalipun mereka itu adalah ayah mereka atau anak mereka atau saudara mereka atau keluarga mereka.”

Ayat ini turun di perang Badar, dua tahun setelah hijrah. Kenyataan ini bisa dilihat di pernyataan2 Ibnu Abi Hatim, Thabrani, Hakim, Abu Na’im, Baihaqi dan di Tafsir2: Ibnu Katsir 4/329; al-Syawkani 5/189; al-Alusi 28/37 dan lain2.

Paling tidak, tahun ke 3 setelah Hijrah karena Halabi mengatakan turun di perang Uhud.

Yg jelas tetap lebih dulu dari ayat pelarangan permintaan ampunan untuk orang kafir dari yg dijadikan ayat sebab turunnya adalah kewafatan Abu Thalib asitu.

Nah, kalau mukmin saja tidak mungkin menyayangi kafir, apalagi Nabi saww yg menjadi tauladan semua orang.

Jadi pemaksaan dan pengada2an ke dua ayat di atas itu, yaitu permintaan ampunan Nabi saww untuk Abu Thalib ra hingga sampai ke Madinah hingga turun ayat larangan permintaan ampunan tersebut adalah pemaksaan yg nyata kebohongannya dan nyata kebatilannya.

Sebagai tambahan bahwa masih banyak ayat2 yg melarang pertemanan antara kafir dan muslim yg turun sebelum surat al-Bara’ah itu seperti An-Nisa’ 144; An-Nisa’ 139; Ali Imran 28; Al-Munafiqun 6; At-Taubah 23 dan 80.

Yg benar ayat itu turun untuk salah satu sahabat yg memintakan ampun untuk orang tuanya yg kafir, seperti yg dinyatakan oleh al-Qurthubi dlm tafsirnya, 8/273 dimana ia berkata:

ﺇﻥ ﻫﻨﺎﻙ ﺭﻭﺍﻳﺎﺕ ﺗﻀﺎﺩ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺔ ﻓﻲ ﻣﻮﺭﺩ ﻧﺰﻭﻝ ﺁﻳﺔ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻣﻦ ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﺒﺮﺍﺀﺓ، ﻣﻨﻬﺎ : ﺻﺤﻴﺤﺔ ﺃﺧﺮﺟﻬﺎ ﺍﻟﻄﻴﺎﻟﺴﻲ ﻭﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ ﻭﺃﺣﻤﺪ ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ﻭﺃﺑﻮ ﻳﻌﻠﻰ ﻭﺍﺑﻦ ﺟﺮﻳﺮ ﻭﺍﺑﻦ ﺍﻟﻤﻨﺬﺭ ﻭﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺣﺎﺗﻢ ﻭﺃﺑﻮ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﻭﺻﺤﺤﻪ ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺮﺩﻭﻳﻪ ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻓﻲ ﺷﻌﺐ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﻭﺍﻟﻀﻴﺎﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺨﺘﺎﺭﺓ ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﻗﺎﻝ : ﺳﻤﻌﺖ ﺭﺟﻼ ﻳﺴﺘﻐﻔﺮ ﻷﺑﻮﻳﻪ ﻭﻫﻤﺎ ﻣﺸﺮﻛﺎﻥ ﻓﻘﻠﺖ : ﺗﺴﺘﻐﻔﺮ ﻷﺑﻮﻳﻚ ﻭﻫﻤﺎ ﻣﺸﺮﻛﺎﻥ ؟ ﻓﻘﺎﻝ : ﺃﻭﻟﻢ ﻳﺴﺘﻐﻔﺮ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ . ﻓﺬﻛﺮﺕ ﺫﻟﻚ ﻟﻠﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻨﺰﻟﺖ : ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻟﻠﻨﺒﻲ ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮﺍ ﺃﻥ ﻳﺴﺘﻐﻔﺮﻭﺍ ﻟﻠﻤﺸﺮﻛﻴﻦ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﺃﻭﻟﻲ ﻗﺮﺑﻰ ﻣﻦ ﺑﻌﺪ ﻣﺎ ﺗﺒﻴﻦ ﻟﻪ ﺃﻧﻬﻢ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﺠﺤﻴﻢ، ﻭﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺍﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﻷﺑﻴﻪ ﺇﻻ ﻋﻦ ﻣﻮﻋﺪﺓ ﻭﻋﺪﻫﺎ ﺇﻳﺎﻩ ﻓﻠﻤﺎ ﺗﺒﻴﻦ ﻟﻪ ﺇﻧﻪ ﻋﺪﻭ ﻟﻠﻪ ﺗﺒﺮﺃ ﻣﻨﻪ ﺇﻥ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﻷﻭﺍﻩ ﺣﻠﻴﻢ )

“Sesungguhnya banyak riwayat yg bertentangan dengan sebab turunnya ayat istighfar itu (yakni yg turun untuk Abu Thalib ra). Diantara hadits itu adalah hadits shahih yg diriwayatkan oleh al-Thayalisi, Ibnu Abi Syaibah, Ahmad bin Hanbal, Turmudzi, Nasa-i, Abu Ya’la, Ibnu Jarir Thabari, Ibnu Mundzir, Ibnu Abi Hatim, Abu al-Syaikh, al-Hakim dimana ia menshahihkannya, Ibnu Murdawaih, Baihaqi, dalam hal cabang2 keimanan dan cahaya diriwayatkan dari Ali yg berkata, ‘Aku mendengar seorang yg memintakan ampunan untuk kedua orang tuanya yg kafir. Akupun berkata kepadanya, ‘Apakah kamu memintakan ampunan untuk kedua orang tuamu sementara mereka itu kafir?’ Ia menjawab, ‘Tidakkah nabi Ibrahim as jg memintakan ampunan untuk orang tuanya (yg benar pamannya).’ Kemudian aku menceritakannya kepada Nabi saww, lalu turun ayat, ‘Tidaklah semestinya Nabi dan orang2 yg beriman, memintakan ampunan untuk orang musyrik sekalipun dari keluarganya setelah jelas bahwa mereka itu adalah ahli neraka, dan tidaklah permintaan ampunan Ibrahim untuk pamannya itu kecuali karena telah dijanjikan kepadanya, dan ketika sudah jelas bahwa ia termasuk musuh Allah, maka iapun berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim itu adalah pendoa yg lembut.’.”

Sedangkan surat Al-Qashash ayat 56…

ﺇِﻧَّﻚَ ﻻ ﺗَﻬْﺪِﻱ ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺖَ ﻭَﻟَﻜِﻦَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﻬْﺪِﻱ

“Sesunggunya kamu (Muhammad) bukan yg memberi hidayah kepada yg kamu cintai, akan tetapi Allah-lah yg memberi hidayah.”

Ayat ini tidak berhubungan dengan siapa2, karena ia hanya ingin menerangkan bahwa pemberi hidayah yg hakiki itu hanyalah Allah, dan Nabi saww hanyalah sebagai perantara penyampaian hidayahNya.

Ayat seperti ini banyak yg sama dalam Al-Qur’an, seperti…

QS: 2:272…

ﻟﻴﺲ ﻋﻠﻴﻚ ﻫﺪﺍﻫﻢ ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻬﺪﻱ ﻣﻦ ﻳﺸﺎﺀ

“Bukan kamu yg menghidayahi mereka, akan tetapi Allah yg menghidayahi siapa yg Ia kehendaki.”

QS: 27:37…

ﺇﻥ ﺗﺤﺮﺹ ﻋﻠﻰ ﻫﺪﺍﻫﻢ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﻬﺪﻱ ﻣﻦ ﻳﻀﻞ

“Sekalipun kamu berkeinginan menghidayahi mereka, akan tetapi Allah tidak menghidayahi yg sesat.”

QS: 43:40…

ﺃﻓﺄﻧﺖ ﺗﺴﻤﻊ ﺍﻟﺼﻢ ﺃﻭ ﺗﻬﺪﻱ ﺍﻟﻌﻤﻲ ﻭﻣﻦ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺿﻼﻝ ﻣﺒﻴﻦ

“Apakah kamu( Muhammad) membuat yg tuli bisa mendengar atau menghidayahi yg buta dan yg tersesat secara nyata?”

QS: 27:81…

ﻭﻣﺎ ﺃﻧﺖ ﺑﻬﺎﺩﻱ ﺍﻟﻌﻤﻲ ﻋﻦ ﺿﻼﻟﺘﻬﻢ

“Kamu (Muhammad) tidak bisa menghidayahi yg buta dari kesesatan mereka.”

QS: 4:88…

ﺃﺗﺮﻳﺪﻭﻥ ﺃﻥ ﺗﻬﺪﻭﺍ ﻣﻦ ﺃﺿﻞ ﺍﻟﻠﻪ . ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ

“Apakah kalian ingin menghidayahi orang yg telah disesatkan Allah?”

QS: 10:34…

ﺃﻓﺄﻧﺖ ﺗﻬﺪﻱ ﺍﻟﻌﻤﻲ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻻ ﻳﺒﺼﺮﻭﻥ

“Apakah kamu (Muhammad) bisa menghidayahi yg buta sementara mereka tidak melihat?”

QS: 18:17..

ﻣﻦ ﻳﻬﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻬﻮ ﺍﻟﻤﻬﺘﺪ ﻭﻣﻦ ﻳﻀﻠﻞ ﻓﻠﻦ ﺗﺠﺪ ﻟﻪ ﻭﻟﻴﺎ ﻣﺮﺷﺪﺍ

“Yg dihidayahi Allah maka ialah yg terhidayahi dan barang siapa yg disesatkanNya maka tidak satupun yg dapat memberinya pertolongan dan petunjuk.”

QS: 13:27…

ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻀﻞ ﻣﻦ ﻳﺸﺎﺀ ﻭﻳﻬﺪﻱ ﻣﻦ ﺃﻧﺎﺏ

“Sesungguhnya Allah menyesatkan yg dikehendaki dan menghidayahi yg bertaubat kepadaNya.”

Dan masih banyak lagi, maka dari ayat2 yg mengatakan bahwa penghidayah yg hakiki itu adalah Allah dan Nabi saww atau siapapun saja yg menghidayahi orang lain, hanya sebagai perantara. Sudah tentu, ayat2 ini bukan pemaksaan. Akan tetapi hanya ingin mengatakan bahwa sumber hidayah yg hakiki itu hanyalah Allah.
Karena banyak ayat yg mengatakan bahwa manusia lah yg mencari hidayahNya itu, seperti…

QS: 10:108…

ﻓﻤﻦ ﺍﻫﺘﺪﻯ ﻓﺈﻧﻤﺎ ﻳﻬﺘﺪﻱ ﻟﻨﻔﺴﻪ ﻭﻣﻦ ﺿﻞ ﻓﺈﻧﻤﺎ ﻳﻀﻞ ﻋﻠﻴﻬﺎ

“Barang siapa yg menerima hidayah, maka ia menerima hidayah untuk dirinya sendiri dan siapa yg sesat, maka ia sesat untuk dirinya juga.”

QS: 18:29…

ﻭﻗﻞ ﺍﻟﺤﻖ ﻣﻦ ﺭﺑﻜﻢ ﻓﻤﻦ ﺷﺎﺀ ﻓﻠﻴﺆﻣﻦ ﻭﻣﻦ ﺷﺎﺀ ﻓﻠﻴﻜﻔﺮ

“Katakan bahwa kebenaran itu dari Tuhan kalian, maka siapa saja yg mau, berimanlah dan barang siapa yg mau (kafir) maka kafirlah.”
Dan lain2….

Dengan penjelasan di atas itu, maka ayat yg dijadikan dalil dan turunnya dihubungkan dengan Abu Thalib as itu, sama sekali tidak benar dan tidak ada hubungannya.

Apalagi kalau ayat itu dihubungkan dengan ayat2 sebelumnya dan sesudahnya, maka jelas iramanya seperti yg telah dijelaskan itu, coba perhatikan dari ayat 51-nya sampai ayat 57-nya:

ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﻭَﺻَّﻠْﻨَﺎ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﻟْﻘَﻮْﻝَ ﻟَﻌَﻠَّﻬُﻢْ ﻳَﺘَﺬَﻛَّﺮُﻭﻥَ ( 51 ) ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﺗَﻴْﻨَﺎﻫُﻢُ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻪِ ﻫُﻢْ ﺑِﻪِ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ( 52 ) ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻳُﺘْﻠَﻰ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺁﻣَﻨَّﺎ ﺑِﻪِ ﺇِﻧَّﻪُ ﺍﻟْﺤَﻖُّ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻨَﺎ ﺇِﻧَّﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻪِ ﻣُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ ( 53 ) ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻳُﺆْﺗَﻮْﻥَ ﺃَﺟْﺮَﻫُﻢْ ﻣَﺮَّﺗَﻴْﻦِ ﺑِﻤَﺎ ﺻَﺒَﺮُﻭﺍ ﻭَﻳَﺪْﺭَﺀُﻭﻥَ ﺑِﺎﻟْﺤَﺴَﻨَﺔِ ﺍﻟﺴَّﻴِّﺌَﺔَ ﻭَﻣِﻤَّﺎ ﺭَﺯَﻗْﻨَﺎﻫُﻢْ ﻳُﻨْﻔِﻘُﻮﻥَ ( 54 ) ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺳَﻤِﻌُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻐْﻮَ ﺃَﻋْﺮَﺿُﻮﺍ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻟَﻨَﺎ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟُﻨَﺎ ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟُﻜُﻢْ ﺳَﻠَﺎﻡٌ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻟَﺎ ﻧَﺒْﺘَﻐِﻲ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴﻦَ ( 55 ) ﺇِﻧَّﻚَ ﻟَﺎ ﺗَﻬْﺪِﻱ ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺖَ ﻭَﻟَﻜِﻦَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﺎﻟْﻤُﻬْﺘَﺪِﻳﻦَ ( 56 ) ﻭَﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺇِﻥْ ﻧَﺘَّﺒِﻊِ ﺍﻟْﻬُﺪَﻯ ﻣَﻌَﻚَ ﻧُﺘَﺨَﻄَّﻒْ ﻣِﻦْ ﺃَﺭْﺿِﻨَﺎ ﺃَﻭَﻟَﻢْ ﻧُﻤَﻜِّﻦْ ﻟَﻬُﻢْ ﺣَﺮَﻣًﺎ ﺁﻣِﻨًﺎ ﻳُﺠْﺒَﻰ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺛَﻤَﺮَﺍﺕُ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﺭِﺯْﻗًﺎ ﻣِﻦْ ﻟَﺪُﻧَّﺎ ﻭَﻟَﻜِﻦَّ ﺃَﻛْﺜَﺮَﻫُﻢْ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ ( 57

Ayat2 di atas menceritakan tentang penyampaian hidayah dan berimannya orang2 yg beriman. Mereka itu akan diberi pahala. Mereka juga menghindari kesia-siaan.

Baru setelah itu ayat yg dibahas itu tertera, yakni yg berbunyi: “Sesungguhnya kamu( Muhammad) tidak memberi hidayah kepada yg kamu cintai akan tetapi Allah-lah yg memberi hidayah…”

Ini semua menunjukkan bahwa ayat tersebut, tidak ada hubungannya dengan siapapun temasuk Abu Thalib as.

*Salam atas Sayyidina Abu Thalib as ketika dilahirkan, disaat beliau diwafatkan dan disaat beliau kelak dibangkitkan.*