SEJARAH ALAWIYYIN SYI’AH DAN ALAWIYYIN SUNNAH

SEJARAH ALAWIYYIN SYI’AH DAN ALAWIYYIN SUNNAH

ALAWIYYIN SYI’AH DAN SUNNI PENGIKUT SALAFUNA SEJATI

Alawiyyin Sunni berpendapat bahwa mereka adalah pengikut Salafuna Soleh dan bermazhab Syafi’i dan ber-aqidahkan Asy’ari pada jalur keturunan Imam Muhajir. Keturunan Imam Ja’far Shodiq di Yaman dan negeri-negeri muslim lainnya sebagian bermazhab Sunni dan sebagian bermazhab Syi’ah.
Begitu pula Alawiyyin Syi’ah berpendapat bahwa mereka adalah pengikut Salafuna Soleh dan bermazhab Syi’ah / Ahlul Bait baik ushul maupun furu’ terutama pada jalur Imam Muhajir ke atas. Banyak keturunan Ahlul Bait baik yang Ba’alawi maupun yang bukan Ba’alawi mereka mengikuti mazhab Syi’ah Imamiyah atau Ja’fariyah.

Alawiyyin yang bermazhab Syi’ah adalah mereka yang sebelumnya mempelajari dan membandingkan bahwa ajaran Syi’ah adalah ajaran Salaf Alawiyyin (Sayyidina Ahmad al-Muhajir bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Bagir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib alaihissalam).

Bukti bahwa Salaf Alawiyyin adalah bermazhab Syi’ah sangat mereka yakini dan itu adalah hak mereka berpendapat demikian disertai data-data yang mereka miliki. Seperti Imam Uraidhi dan Imam Muhajir adalah perawi hadis yang tsiqah dalam jalur periwayatan Syi’ah dan juga sangat disayangkan sosok Imam Uraidhi kurang dikenal di dalam mazhab Ahlussunnah.

Imam Ali al-Uraidhi dan Aqidah Syi’ah
Demikian juga Ali al- Uraidhi mengimani kepemimpinan Imam Muhammad al-Jawad yang nota bene cucu keponakannya. Dan ketika ditegur oleh sebagian orang tentang sikap ideologinya yang Syiah itu beliau menjawab :

“Apa yang harus saya lakukan, jika jenggot putih ini (seraya memegang jenggotnya yang telah memutih) tidak dipandang Allah layak menjadi Imam, sementara anak muda ini yang dilihat pantas menduduki jabatan imam, apakah saya akan menentangnya..?!”

Sunni dan Syi’ah apabila merujuk kepada pendapat-pendapat ulama-ulama yang MU’TABAR maka kesepahaman akan bisa tercapai tetapi apabila merujuk kepada pendapat oknum atau Ulama minoritas yang ekstrim maka yang lahir adalah salah faham dan perseteruan belaka.

Sebagaimana Alawiyyin Sunni, Alawiyyin Syi’ah pun memiliki tradisi dan akar kesejarahan yang jelas dan sama-sama mengikut ajaran Ajadaduna wa Aslafuna ash-Sholihin.

Sunni dan Syi’ah sepenuhnya adalah produk sejarah maka dari itu janganlah kita dibelenggu oleh fanatisme sehingga memberhalakan mazhab. Inti ajaran Alawiyyin adalah Tasawuf, Thoriqoh Alawiyyin adalah titik temu bagi semua mazhab terutama Sunni dan Syi’ah.

Tidak saling menafikan, menyesatkan apalagi saling mengkafirkan, lebih baik saling dekat dengan banyaknya persamaan daripada terus bersengketa dengan sedikitnya perbedaan atau sekedar mencari menang dan kalah yang hanya menguntungkan musuh-musuh ISLAM dan musuh-musuh PERSATUAN.

Kembalilah kedalam Islam yang satu tanpa kefanatikan dan sekat-sekat mazhab, kembalilah kedalam samudra Islam yang luas dan tak bertepi yang menjadi Rahmat bagi semesta Alam.

SIAPAKAH YANG MENGIKUTI SIAPA ?

▶Imam Syafi’i (150 H s/d 204 H) sezaman dengan Imam Ali ar-Ridho (148 H s/d 203 H).

▶ Imam Ahmad bin Isa al-Muhajir ( 273-345 H) sezaman dengan Imam Hasan al-Askari (232 H- 260 H) dan Muhammad bin Hasan al-Askari (Imam Mahdi ) 255-329 H dan Imam Abu Hasan al-Asy’ari (260-324 H)

Masa hayat Imam Muhajir adalah sezamaan dengan Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan Imam Muhammad bin Hasan (Imam Mahdi).
Masa itu adalah masa fitnah, masa pergolakan dan kekacauan juga masa yang sangat luar biasa dimana eksistensi Imam Mahdi menjadi sebuah fenomena yang sangat menggoncangkan kekuasaan despotik dan tirani. Dan kita bisa bayangkan sendiri bagaimana Imam Muhajir dengan kealiman dan kebijaksanaannya bisa memposisikan diri, keluarga, dan pengikutnya pada masa sulit itu.
Alawiyyin Sunni bermazhab Syafi’i dan ber-aqidah Asy’ari sementara pada saat yang sama Alawiyyin Syi’ah mengikut Imam Ali Ridho as dan bermazhab Ahlulbait / Syi’ah Ja’fari.

Fakta sejarah telah mendokumentasikan bahwa Imam Syafi’i sezaman dengan Imam Ahlulbait yaitu Imam Ali Ridho pada masa Kekhilafahan Harun al-Rasyid, al-Amin dan al-Makmun (Abbasiyah).
Begitupula klaim Imam Ahmad bin Isa al-Muhajir beraqidah Asy’ari telah terbantahkan oleh fakta sejarah dimana masa hayat Imam Muhajir sezaman dengan Abul Hasan al-Asy’ari.

Pengikut Imam Ali bin Abi Thalib ra. terbagi menjadi dua :
1.Kepengikutan secara Nasaban
2.Kepengikutan secara Mazhaban atau keduanya berkumpul menjadi satu.

Oleh karena itu dalam satu sudut pandang yang lain bisa dikatakan setiap Alawiyyin adalah Syi’ah yang sekaligus adalah Ahlussunnah.

Pada perkembangannya, telah banyak faktor penyebab terjadinya pergeseran nilai pada perkembangan sejarah keturunan Imam Muhajir, hingga mereka harus melakukan penyesuaian dalam kehidupan komunalnya dengan mengikuti mazhab Syafi’i karena madzhab ini dianggap paling dekat dengan madzhab Ahl Bayt. Akan tetapi, dalam waktu yang bersamaan mereka tetap mengikuti ajaran Imamiyah dari para A’imah seperti Imam Ja’far Shodiq, Imam al-Bagir, Imam Ali Zein al-Abidin, Imam Hasan, Imam Husein, Imam Ali bin Abi Thalib.

Para salaf alawiyyin adalah pribadi-pribadi sholeh, mulia, penuh teladan dan toleransi karena pengamalan tasawuf menyatukan langkah dan hati mereka dan membuat mereka tidak terlibat dan menyibukkan diri dengan perkara-perkara remeh-temeh yang bisa menimbulkan perpecahan bahkan sampai pertumpahan darah.

Ala kulli hal terlepas apapun mazhab Imam Muhajir beliau adalah seorang Imam yang sangat mengerti dan memahami zamannya dan semua persoalan keumatan kala itu apabila kembali kepada pemahaman dan pengamalan ajaran Tasawuf dan Irfani maka perbedaan mazhab menjadi tak berarti karena semua menuju muara yang sama. Singkat kata Imam Muhajir adalah milik Sunnah dan milik Syi’ah.

Sumber:SatuIslam