SECANGKIR ILMU PAHAM

SECANGKIR ILMU PAHAM

Semoga dikau cerdas dalam beragama.

Tingkat terbawah dalam ilmu itu adalah ” paham“.
Ini wilayah kejernihan logika berfikir dan kerendahan hati. Ilmu tidak membutakannya, malah menjadikannya kaya.

Tingkat ke dua terbawah adalah ” kurang paham“.
Orang kurang paham akan terus belajar sampai dia paham …, dia akan terus bertanya untuk mendapatkan simpul2 pemahaman yang benar …!

Naik setingkat lagi adalah mereka yang ” salah paham“. Salah paham itu biasanya karena emosi dikedepankan, sehingga dia tidak sempat berfikir jernih. Dan ketika mereka akhirnya paham, mereka biasanya meminta maaf atas kesalah-pahamannya. Jika tidak, dia akan naik ke tingkat tertinggi dari ilmu.

Nah, tingkat tertinggi dari ilmu itu adalah ” gagal paham” . Gagal paham ini biasanya lebih karena ” Kesombongan“.

Karena merasa berilmu, dia sudah tidak mau lagi menerima ilmu dari orang lain.
Tidak mau lagi menerima masukan dari siapapun (baik itu nasehat dll ), atau pilih-pilih hanya mau menerima ilmu (nasehat) dari yang dia suka saja …, bukan ilmu yg disampaikan, tapi siapa yang menyampaikan …?

Tertutup hatinya.
Tertutup akal pikirannya.
Tertutup pendengarannya.
Tertutup logikanya.

Ia selalu merasa cukup dengan pendapatnya sendiri. Parahnya lagi, Dia tidak menyadari bahwa pemahamannya yang gagal itu, menjadi bahan tertawaan orang yang paham.

Dia tetap dengan dirinya, dan dia bangga dengan “ke- gagal paham-annya”

Kok “paham” ada di tingkat terbawah dan “gagal paham” di tingkat yang paling tinggi ? Apa tidak terbalik ?”

Orang semakin paham akan semakin membumi, menunduk, merendah.”

Dia menjadi bijaksana, karena akhirnya dia tahu, bahwa sebenarnya banyak sekali ilmu yang belum dia ketahui, dia merasa se-akan2 dia tidak tahu apa-apa …

Dia terus mau menerima ilmu, darimana-pun ilmu itu datangnya.

Dia tidak melihat siapa yang bicara, tetapi dia melihat …, apa yang disampaikan …!

Dia paham …,

“ilmu itu seperti air, dan air hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah”.

Semakin dia merendahkan hatinya, semakin tercurah ilmu kepadanya.

Sedangkan gagal paham itu ilmu tingkat tinggi.
“ia seperti balon gas” yang berada di atas awan.

Dia terbang tinggi dengan kesombongannya …,
Memandang rendah ke-ilmuan lain yang tak sepaham dengannya,

“Dan merasa akulah kebenaran …

Masalahnya …,
dia tidak mempunyai pijakan yang kuat, sehingga mudah ditiup angin, tanpa mampu menolak.
Sering berubah arah, tanpa kejelasan yang pasti.

Akhirnya dia terbawa ke-mana2 sampai terlupa jalan pulang …,
dia tersesat dengan pemahamannya dan lambat laun akan dibinasakan oleh kesombongannya …

Dia akan mengakui ke-gagal paham-annya …, dengan penyesalan yang amat sangat dalam.

“Jadi yang perlu diingat…,
akal akan berfungsi dengan benar, ketika hatimu merendah ..
Ketika hatimu meninggi.., maka ilmu juga-lah yang akan membutakan si pemilik akal.

Ternyata di situlah kuncinya.

Lidah orang bijaksana, berada didalam hatinya, dan tidak pernah melukai hati siapapun yang mendengarnya …,
tetapi hati orang dungu, berada di belakang lidahnya, selalu hanya ingin perkataannya saja yang paling benar dan harus didengar … !!!”_

“Ilmu itu open ending”
Makin digali makin terasa dangkal.

Jadi kalau ada orang yang merasa sudah tahu segalanya, berarti dia tidak tahu apa2

PERBEDAAN ANTARA AHLUL BAIT,’ITRAH DAN DZURIAH

Berhubung masih adanya Ikhwan menanyakan siapa itu Ahlulbait yg dimaksudkan dalam hadis2 tentang dilarangnya mencela dan menzalimi Ahlulbait dalam kasus Bahar bin Smith?

Maka saya perlu menuliskan kembali tentang perbedaan Ahlulbait, ‘Itrah Ahlulbait dan Dzuriyah agar tidak menjadi rancu dan pengaburan makna Ahlulbait itu sendiri.

Ahlulbait namanya telah disebutkan dalam surat Al-Ahzab 33 dan hadis Al-Kisa’.

Surat Al-Ahzab 33…

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

“…Sesungguhnya Allah hanya ingin menghilangkan noda dr kamu, wahai Ahlulbait dan memyucikan kalian sesuci2nya.”

Inilah keutamaan yg tidak ada seorang pun yg tidak mengetahuinya atau mengingkarinya kecuali bagi orang2 yg sesat dan menyimpang, karena tidak ada keutamaan yg lebih tinggi setelah kesucian yg sangat diharapkan.

Catatan : Ayat Tahthir (Penyucian) adalah diwahyukan ketika Nabi saww berada di rumah Ummu Salamah, salah satu istri Nabi.

Asbabun Nuzul ayat ini dijelaskan dalam hadis yg sangat masyhur, Shahih, mutawatir dan mustawfid, yaitu Hadis Al-Kisa’.

Tidak main2, hadis Al-Kisa’ ini diriwayatkan oleh 2 istri Nabi saww dan sedikitnya 17 sahabat Nabi saww dalam kitab2 Shahih Sunni maupun Syiah, dan hanya yg bersikap jahil dan keras kepala saja yg meragukan atau menolak hadis ini.

Hadis Al-Kisa’ yg diriwayatkan oleh Ummu Salamah…

شهر بن حوشب، عن أم سلمة : إن النبي صلى الله عليه و آله جلل على علي و حسن و حسين و فاطمة كساء، ثم قال : اللهم هؤلاء أهل بيتي و خاصتي، اللهم أذهب عنهم الرجس و طهرهم تطهيرا. فقالت أم سلمة : و أنا منهم؟ قال : انك الى خير

Syahr bin Hausyab mengutip dr Ummu Salamah yg berkata, “Sesungguhnya Nabi saww meletakkan kain Kisa’ di atas kepala Ali, Hasan, Husain dan Fathimah sambil berkata, ‘Ya Allah! Mereka inilah Ahlulbaitku. Ya Allah! Hilangkanlah dr mereka segala kenajisan dan sucikanlah mereka sesuci2nya’. Maka Ummu Salamah bertanya, ‘Bukankah aku termasuk diantara mereka juga?’ Nabi saww menjawab, ‘Engkau berada di atas jalan kebenaran.”‘

(Musnad Ahmad bin Hambal jilid 10 halaman 197 hadis ke 26659, Sunan Tirmidzi jilid 5 halaman 699 hadis ke 3871)

Hadis Al-Kisa’ yg diriwayatkan oleh Aisyah…

صفية بنت شيبة : قالت عائشة : خرج النبي صلى الله عليه و آله غداة و عليه مرط مرحل من شعر أسود، فجاء الحسن بن علي فأدخله، ثم جاء الحسين فدخل معه، ثم جاءت فاطمة فأدخلها، ثم جاء علي فأدخله، ثم قال : إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت و يطهركم تطهيرا.

Shafiyah binti Syaibah mengutip Aisyah yg berkata, “Nabi saww keluar rumah di suatu pagi dengan mengenakan pakaian wol hitam. Kemudian Hasan bin Ali masuk dan Nabi saww menempatkannya di bawah selendang (Kisa’). Setelah itu, Husain bin Ali pun datang dan Nabi saww menyelimutinya dengan selendang beliau itu juga. Kemudian Fathimah datang dan Nabi saww menempatkannya juga di bawah selendang itu, dan akhirnya Ali tiba dan bergabung dengan keluarganya di bawah kain Kisa’ itu. Lalu Nabi saww membacakan ayat, ‘Sesungguhnya Allah hanya berkehendak untuk menghilangkan kenajisan dr kalian, wahai Ahlulbait dan menyucikan kalian sesuci2nya.”‘

(Shahih Muslim jilid 4 halaman 1883 hadis ke 2424, al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain jilid 3 halaman 159 hadis ke 4707)

‘Itrah Ahlulbait as namanya disebutkan dalam surat An-Nisa’ 59 dan hadis Ats-Tsaqolain.

Surat An-Nisa’ ayat 59…

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ…

“Wahai orang2 yg beriman! Taatilah Allah dan Taatilah RasulNya dan Ulil Amri diantara kalian…”

Dalam ayat diatas, Allah SWT telah menjadikan Wilayah dan ketaatan kepada Ulil Amri sejajar dengan ketaatan kepada Rasulullah saww dan ketaatan kepada Allah SWT.

Dan ketika menyebut Ulil Amri, Allah SWT tidak mengulang kata perintah “أطیعوا” (taatilah) namun kata perintah itu ada setelah menyebut kata Allah dan Rasul. Penyebutan tersebut menunjukkan bahwa ketaatan yg harus diberikan adalah ketaatan mutlak. Demikian pula ketaatan yg harus diberikan kepada Ulil Amri sebab digandengkan langsung setelah penyebutan Rasul, yaitu ketaatan sepenuhnya dan tanpa syarat. Ini menunjukkan bahwa Ulil Amri sama halnya dengan Rasul dalam sisi kemaksuman dan ketidak mungkinan untuk memberikan perintah yg bertentangan dengan apa yang dititahkan Allah SWT.

Dalam penafsiran Fakhrurazi salah satu seorang mufasir besar Sunni, menerima pendapat ini dan mengakui bahwa ayat ini sebagai hujjah akan kemaksuman Ulil Amri.
(Fakhrurazi, Mafatih al-Ghaib, jilid 10 halaman 113).

Secara tegas Allah SWT mewajibkan semua orang2 yg beriman untuk mentaati Ulil Amri secara mutlak. Dan, mentaati mereka sama dengan mentaati Rasulullah saww.

Lalu siapa itu Ulil Amri yg dimaksud?

Sahabat Nabi Jabir bin Abdillah al-Anshari bertanya kepada Rasulullah saww ketika surat An-Nisa’ 59 tersebut diwahyukan…

يا رسول الله، عرفنا الله و رسوله فمن أولي الأمر الذين قرن الله طاعتهم بطاعتك؟ فقال رسول الله صلى الله عليه و آله : هم خلفائ يا جابر، و أئمة المسلمين من بعدي، أولهم علي بن أبي طالب، ثم الحسن و الحسين، ثم علي بن الحسين، ثم محمد بن علي المعروف في التوراة ب الباقر، و ستدركه يا جابر، فإذا لقيته فأقرئه مني السلام، ثم الصادق جعفر بن محمد، ثم موسى بن جعفر، ثم علي بن موسى، ثم محمد بن علي، ثم علي بن محمد، ثم الحسن بن علي، ثم سميي و كنيي، حجة الله في أرضه، و لقيته في عباده، إبن الحسن بن علي، ذاك الذي يفتح الله تعالى ذكره على يديه مشارق الارض و مغاربها، ذاك الذي يغيب عن شيعته و أوليلئه غيبة لا يثبت فيها على الثوب بإمامته ٱلا من امتحن الله قلبه للإيمان

“Wahai Rasulullah! Kami mengenal Allah dan RasulNya, tapi siapakah Ulil Amri yg ketaatan kepada mereka dihubungkan dengan ketaatan kepadamu itu?”
Rasulullah saww menjawab, “Wahai Jabir! Mereka adalah para Khalifahku dan para Imam kaum muslimin sepeninggalku. Yg pertama dr mereka adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian Hasan dan Husain, kemudian Ali bin Husain, kemudian Muhammad bin Ali yg dikenal di Taurat sebagai Al-Baqir dan engkau akan bertemu dengannya Wahai Jabir. Maka apabila engkau bertemu dengannya, sampaikanlah salamku, kemudian Ja’far Shadiq bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali, kemudian orang yg memiliki nama dan panggilan yg sama seperti aku, hujjah Allah di bumiNya dan Baqiyatullah diantara para hambaNya, putra Hasan bin Ali. Itulah orang yg di tangannya Allah SWT akan menaklukkan Dunia Timur dan Barat. Itulah orang yg disembunyikan dr para pengikut dan pencintanya. Pada masa itu, tidak ada orang yg akan tetap konsisten dalam beriman kepada Imamahnya kecuali orang2 yg hati mereka telah diuji oleh Allah dengan keimanan.”

Sumber : Kamal ad-Din halaman 253, Ibnu Syahr Asyub dalam Manaqibnya jilid 1 halaman 282, Ta’wil al-Ayat al-Zhahirah halaman 141, Ghayah al-Maram jilid 10 halaman 267, Itsbat al-Hudat jilid 3 halaman 123, Yanabi’ al-Mawaddah halaman 443 dan 494, Yanabi’ul Mawaddah oleh Syaikh Sulaiman Al-Qundusi Al-Hanafi halaman 134 dan 137 cetakan Al-Haidariyah; halaman 114 dan 117 cetakan Islambul, Syawahidut Tanzil oleh Al-Hakim Al-Haskani Al-Hanafi jilid 1 halaman 148, hadis ke 202, 203 dan 204, Tafsir Ar-Razi jilid 3 halaman 357, Ihqaqul Haqq oleh At-Tastar jilid 3 halaman 424 cetakan Pertama Teheran dan Faraid As-Samthin jilid 1 halaman 314, hadis ke 250.

Dan juga hadis yg terdapat dalam kitab2 Shahih Sunni…

جابر بن سمرة سمعت النبي صلى الله عليه و آله يقول : لا يزال أمر الناس ماضيا ما وليهم إثنا عشر رجلا. ثم تكلم النبي صلى الله عليه و آله بكلمة خفيت علي، فسألت أبي : ماذا قال رسول الله صلى الله عليه و آله؟ فقال : كلهم من قريش

Jabir bin Samurah meriwayatkan, “Aku mendengar Rasulullah saww bersabda, ‘Urusan2 manusia akan terus berlangsung selama dua belas (12) orang memiliki Wilayah atas mereka’. Kemudian Rasulullah saww mengatakan sesuatu yg tidak jelas bagiku. Aku bertanya kepada ayahku apa yg dikatakan Rasulullah saww. Ayahku mengatakan bahwa Rasulullah saww bersabda, ‘Mereka semua berasal dr Quraisy.”‘

(Shahih Bukhari hadis nomer 7222 dan 7223, Shahih Muslim hadis ke 3393, 3394 dan 3398, Musnad Ahmad bin Hambal jilid 7 halaman 419 hadis ke 20869).

Walaupun dalam hadis diatas tidak menyebutkan identitas tentang nama2 12 Imam/Khalifah, hal ini disebabkan karena kondisi pertimbangan politik yg serius dalam meriwayatkan hadis tersebut pada masa itu karena dibawah kekuasaan dinasti2 zalim Umayyah dan Abbasiyah yg sangat memusuhi ‘Itrah Ahlulbait as, namun jika kita merujuk kepada wasiat Nabi saww tentang pegangan umat sepeninggal beliau saww dalam hadis yg sangat Shahih dan Mutawatir, diriwayatkan oleh Imam Hambali dan Ash-Shahih Kutubussitthoh, yaitu dalam hadis Tsaqolain, maka kita akan mengetahui identitas 12 Imam/Khalifah tersebut.

Rasulullah saww bersabda…

إني تارك فيكم ما إن تمسكتم به لن تضلوا بعدي أحدهما أعظم من الآخر كتاب الله حبل ممدود من السماء إلى الأرض وعترتي أهل بيتي ولن يتفرقا حتى يردا علي الحوض فانظروا كيف تخلفوني فيهما

“Sesungguhnya Aku tinggalkan kepada kalian sesuatu yg jika kalian berpegang teguh kepadanya niscaya kamu tidak akan tersesat sepeninggalku, yg mana yang satunya lebih besar dr yg lainnya, yaitu Kitab Allah, yg merupakan tali penghubung antara langit dan bumi, dan ItrahKu AhlulbaitKu. Keduanya tidak akan pernah berpisah sehingga datang menemuiku di telaga Haudh. Maka perhatikanlah bagaimana kalian memperlakukan keduanya”.

Sedangkan Dzuriyah Rasulullah saww tidak Maksum, tidak suci dan disucikan oleh Allah.
Tidak ada kewajiban ketaatan kepada mereka walaupun wajib mencintai bagi dzuriyah yg tidak menyimpang pada jalan yg lurus dan menodai dengan dosa.

Mereka adalah keturunan Rasulullah saww dr jalur Imam Hasan as (Al-Hasani) yg biasa dipanggil Syarif dan Sayyidah, dan dr jalur Imam Husain as (Al-Husaini) yg biasa dipanggil Sayyid dan Syarifah.

Seri 02; Hak-Hak Asasi (RisalahAl-Huquq)

Seri 02; Hak-Hak Asasi (RisalahAl-Huquq)

Hak Azazi 1-9 (Hak Allah – Hak Jiwa Raga dan Anggota Badan)

حَقُّ اللهِ، فَأَمَّا حَقُّ اللهِ اْلأَكْبَرُعَلَيْكَ، فَأَنْ تَعْبُدَهُ وَلاَ تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ بِإِخْلاَصٍ، جَعَلَ لَكَ عَلَى نَفْسِهِ أَنْ يَكْفِيَكَ أَمْرَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَيَحْفَظَ لَكَ مَا تُحِبُّ مِنْهُمَا.

  1. Hak Allah

Adapun memenuhi hak Allah yang terbesar atasmu adalah dengan mengabdi (beribadah) kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain.
Jika kaukerjakan itu dengan tulus ikhlas, Ia pun akan mewajibkan atas diri-Nya menyelesaikan segala urusan dunia dan akhiratmu dan menjaga apa-apa yang kausukai dari keduanya.

  1. حَقُّ نَفْسِِكَ عَلَيْكَ، وَأَمَّا حَقُّ نَفْسِكَ عَلَيْكَ، فَأَنْ تَسْتَوْفِيَهَا فِي طَاعَةِ اللهِ، فَتُؤَدِّيَ إِلَى لِسَانِكَ حَقَّهُ، وَإِلَى سَمْعِكَ حَقَّهُ، وَإِلَى بَصَرِكَ حَقَّهُ، وَإِلَى يَدِكَ حَقَّهَا، وَإِلَى رِجْلِكَ حَقَّهَا، وَإِلَى بَطْنِكَ حَقَّهَا، وَإِلَى فَرْجِكَ حَقَّهُ، وَتَسْتَعِيْنَ بِاللهِ عَلَى ذَلِكَ.
  2. Hak Jiwa Raga

Adapun untuk memenuhi hak jiwa-ragamu adalah dengan cara menggunakan segala kemampuannya dalam ketaatan kepada Allah, yaitu dengan memenuhi hak lidahmu, pendengaranmu, penglihatanmu, tanganmu, kakimu, perutmu, dan kemaluanmu. Mohonlah pertolongan Allah atas segalanya itu.

  1. حَقُّ اللِّسَانِ، وَأَمَّا حَقُّ اللِّسَانِ، فَإِكْرَامُهُ عَنِ الْخَنَى وَتَعْوِيْدُهُ عَلَى الْخَيْرِ، وَحَمْلُهُ عَلَى اْلأَدَبِ، وَإِجْمَامُهُ إِلاَّ لِمَوْضِعِ الْحَاجَةِ وَالْمَنْفَعَةِ لِلدِّيْنَ وَالدُّنْيَا، وَإِعْفَاؤُهُ عَنِ الْفُضُوْلِ الشَّنِعَةِ الْقَلِيْلَةِ الْفَائِدَةِ، اَلَّتِي لاَيُؤْمَنُ ضَرَرُهَا مَعَ قِلَّةِ عَائِدَتِهَا. وَيُعَدُّ شَاهِدَ الْعَقْلِ وَالدَّلِيْلَ عَلَيْهِ، وَتَزِيْنُ الْعَاقِلَبِعَقْلِهِ, حُسْنَ سِيْرَتِهِ فِي لِسَانِهِ، وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ.
  2. Hak Lidah

Menyucikannya dari ucapan-ucapan kotor dan keji; membiasakannya berucap yang baik-baik saja; memaksanya agar selalu sopan santun; mengekangnya,
kecuali untuk saat-saat yang perlu dan mendatangkan manfaat bagi kehidupan agama dan dunia;
menyelamatkannya dari ucapan sia-sia yang mungkin sedikit berfaedah, namun tak dijamin manfaatnya lebih besar dari mudharatnya;
dan menjadikan keluhuran ucapan-ucapan yang keluar daripadanya sebagai saksi dan petunjuk kesempurnaan akal.

Wala quwwata illa billah;sungguh tiada kekuatan kecuali dengan karunia Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.

Dalam riwayat lain: “Adapun memenuhi hak lidah ialah dengan memeliharanya dari segala ucapan keji; membiasakannya mengucapkan hanya kata-kata. yang baik-baik saja; meninggalkan yang sia-sia dan tiada berfaedah dan yang mendatangkan kebajikan pada sesama manusia; serta menyebut mereka dengan baik selalu.

  1. حَقُّ السَّمْعِ، وَأَمَّا حَقُّ السَّمْعِ، فَتَنْزِيْهُهُ عَنْ أَنْ تَجْعَلَهُ طَرِيْقًا إِلَى قَلْبِكَ, إِلاَّ لِفُوْهَةٍ كَرِيْمَةٍ, تُحْدِثُ فِي قَلْبِكَ خَيْرًا, أَوْ تُكْسِبُكَ خُلُقًا كَرِيْمًا,فَإِنَّهُ بَابُ الْكَلاَمِ إِلَى الْقَلْبِ, يُؤَدِّي إِلَيْهِ ضُرُوبُ الْمَعَانِي عَلَى مَا فِيْهَا مِنْ خَيْرٍ أَوْ شَرٍّ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.
  2. Hak Pendengaran

Menyucikannya agar tidak menjadi saluran apa pun menuju hatimu selain dari ucapan-ucapan mulia yang menggugah kebaikan di hatimu atau meluhurkan pekertimu.
Sesungguhnya ia adalah pintu bagi pembicaraan yang menuju kalbu seraya menimbulkan bermacam-macam makna, yang baik maupun yang jahat.
Wala haula wala quwwata illa billah, dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan segala sesuatu yang bersumber dari Allah .

Dalam riwayat lain. Memenuhi hak pendengaran ialah dengan menyucikannya dari mendengar pergunjingan dan segala sesuatu yang tidak halal.

  1. حَقُّ بَصَرِكَ، وَأَمَّا حَقُّ بَصَرِكَ,فَغَضُّهُ عَمَّا لاَ يَحِلُّ لَكَ، وَتَرْكُ ابْتِذَالِهِ إِلاَّ لِمَوْضِعِ عِبْرَةٍ، تَسْتَقْبِلُ بِهَا بَصَرًا، أَوْ تَسْتَفِيْدُ بِهَا عِلْمًا، فَإِنَّ الْبَصَرَ بَابُ اْلإِعْتِبَارِ.
  2. Hak Penglihatan

Memejamkannya dari apa saja yang tidak dihalal kan bagimu, dan memuliakannya dari memandang segala sesuatu yang tidak patut selain untuk dijadikan pelajaran yang mendatangkan kesadaran atau membuahkan pengetahuan.
Sesungguhnya penglihatan adalah pintu​kesadaran.

Dalam riwayat lain. Memenuhi penglihatan ialah dengan memejamkannya dari segala sesuatu yang tidak halal baginya, dan menjadikannya segala sesuatu yang kau lihat sebagai pelajaran.

  1. حَقُّ يَدِكَ، وَأَمَّا حَقُّ يَدِكَ, فَأَنْ لاَ تَبْسُطَهَا إِلَى مَالاَ يَحِلُّ لَكَ، فَتَنَالُ بِمَا تَبْسُطُهَا إِلَيْهِ مِنَ اللهِ الْعُقُوْبَةَ فِي الآجِلَ، وَمِنَ النَّاسِ اللاَّئِمَةَ فِي الْعَاجِلَ، وَلاَ تَقْبِضَهَا عَنْ مَا افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْهَا، وَلَكِنْ تُوَقِّرُهَا بِقَبْضِهَا عَنْ كَثِيْرٍ مِمَّا لاَيَحِلُّ لَهَا، وَبَسْطِهَا إِلَى كَثِيْرٍ مِمَّا لَيْسَ عَلَيْهَا، فَإِذَا هِيَ قَدْ عَقَلَتْ شَرَفَتْ فِي الْعَاجِلِ، وَوَجَبَ لَهَا حُسْنُ الثَّوَابِ مِنَ اللهِ فِي اْلآجِلِ.
  2. Hak Tangan

Adapun memenuhi hak tangan ialah dengan tidak mengulurkannya kepada sesuatu yang tidak halal bagimu, sehingga menyebabkan kamu mendapatkan hukuman Allah kelak di kemudian hari serta kecaman manusia di dunia ini.
Janganlah menggengamkannya dari pengeluaran yang diwajibkan kepadanya.
Hormatilah ia dengan menggenggamkannya dari segala yang tidak halal baginya, dan membukanya untuk mengerjakan sebanyak-banyak kebaikan meskipun yang tidak diwajibkan mengerjakannya.
Dengan demikian ia telah menjadi mulia di dunia ini dan wajib baginya pahala dari sisi Allah di akhirat nanti.

  1. حَقُّ رِجْلَيْكَ، وَأَمَّا حَقُّ رِجْلَيْكَ, فَأَنْ لاَ تَمْشِيَ بِهِمَا إِلَى مَالاَ يَحِلُّ لَكَ، وَلاَ تَجْعَلَهُمَا مَطِيَّتَكَ فِي الطَّرِيْقِ الْمُسْتَخَفِّ بِأَهْلِهَا فِيْهَا، فَإِنَّهَا حَامِلَتُكَ، وَسَالِكَةٌ بِكَ مَسْلَكَ الدِّيْنِ، وَالسَّبْقِ لَكَ، وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.
  2. Hak Kaki

Adapun memenuhi hak kedua kaki ialah dengan tidak melangkahkannya ke arah yang tidak halal bagimu; dan tidak menggunakannya untuk lewat di atas jalan orang-orang yang dihinakan karena keberadaannya disana, sehingga dengan begitu keduanya akan membawamu mencapai jalan agama dan kejayaan bagimu. Tiada daya kecuali dengan karunia Allah Swt.

Dalam riwayat lain: Memenuhi hak kedua kakimu ialah dengan mencegahnya berjalan ke arah sesuatu yang tidak halal bagimu. Suatu saat kau pasti akan berdiri di atas shirath, maka usahakanlah agar kedua kakimu itu tak terpeleset dan menjungkalkanmu ke dalam api neraka.

  1. حَقُّ بَطْنِكَ، وَأَمَّا حَقُّ بَطْنِكَ, فَأَنْ لاَ تَجْعَلَهُ وِعَاءً لِقَلِيْلٍ مِنَ الْحَرَامِ وَلاَ لِكَثِيْرٍ، وَأَنْ تَقْتَصِدَ لَهُ فِي الْحَلاَلِ، وَلاَ تُخْرِجَهُ مِنْ حَدِّ التَّقْوِيَةِ إِلَى حَدِّالتَّهْوِيْنَ، وَذَهَابِ الْمُرُوئاً وَضَبْطُهُ إِذَا هَمَّ بِالْجُوْعِ وَالظَّمَأَ، فَإِنَّ الشَّبَعَ الْمُنْتَهِيَ بِصَاحِبِهِ إِلَى التُّخْمِ مَكْسَلَةٌ، وَمَثْبَطَةٌ وَمَقْطَعَةٌ عَنْ كُلِّ بِرٍّوَكَرَمٍ. وَإِنَّ الرَّأْيَ الْمُنْتَهِي بِصَاحِبِهِ إِلَى السُّكْرِ مَسْخَفَةٌ وَمَجْهَلَةٌ وَمَذْهَبَةٌ لِلْمُرُوَّةِ.
  2. Hak Perut

Adapun memenuhi hak perutmu ialah dengan tidak menjadikannya wadah bagi yang haram, baik yang sedikit apalagi yang banyak.
Bersahajalah dalam mengisinya dengan yang halal. Jangan melampaui batas dalam menjaga kesehatan sehingga menjadi penyebab kehinaan dan hilangnya kehormatan diri.

Kendalikanlah ia dalam keadaan lapar dan haus, sebab kekenyangan yang berlebihan akan mendatangkan kemalasan dan kelengahan serta mencegah amal kebajikan dan kedermawanan.
Demikian pula minuman yang haram yang menyebabkan orang menjadi mabuk, pasti membawa kehinaan, kebodohan dan hilangnya kehormatan diri.

  1. حَقُّ فَرْجِكَ، وَأَمَّا حَقُّ فَرْجِكَ، فَحِفْظُهُ مِمَّا لاَ يَحِلُّ لَكَ، وَاْلاِسْتِعَانَةُ عَلَيْهِ بِغَضِّ الْبَصَرِ، فَإِنَّهُ مِنْ أَعْوَانِ اْلأَعْوَانِ، وَكَثْرَةِ ذِكْرِ الْمَوْتِ، وَالتَّهُدُّدُلِنَفْسِكَ بِاللهِ، وَالتَّخْوِيْفِ لَهَا بِهِ,وَبِاللهِ الْعِصْمَةُ وَالتَّأْيِيْدُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِهِ.
  2. Hak Kemaluan

Adapun memenuhi hak kemaluanmu ialah dengan menjaganya dari segala sesuatu yang tidak halal bagimu. Maka, tundukkanlah pandanganmu, sebab yang demikian itu adalah sebaik-baik penolong.
Perbanyaklah mengingat maut; ancamlah dirimu dengan kemurkaan Allah dan takutilah la dengan Keperkasaan-Nya.
Mintalah penjagaan dan pertolongan Allah, sebab tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan-Nya saja.

Seri 01; Hak-Hak Asasi (Risalah Al-Huquq)

Seri 01; Hak-Hak Asasi (Risalah Al-Huquq)

Sekilas Sejarah 50 Hak-Hak Asasi (RisalahAl-Huquq) dan Ikhtisarnya

Banyak hadis yang berbicara tentang hak-hak asasi adapun hak-hal yang lebih lengkap yang membicarakan sebanyak 50 hak-hak asasi manusia yang ada dibawah ini dikutip dari kitab Mustadrok Wasail Juz 11, halaman 155 – 170. Selain kitab tersebut disebutkan juga dalam kitab Tuhaful Uqul, halaman 255 – 272.

Adapun yang meriwayatkan hadis tentang risalah Al-huquq (Risalah Hak-hak Asasi Manusia) adalah : Al-Hasan bin Ali bin Syu’bah dari kitab Tuhaful Uqul dikatakan bahwa Risalah tersebut adalah di antara Nasehat-nasehat dari Imam Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Tholib As-sajjad a.s. yang terkenal dengan Risalatil Huquq. Adapun kelengkapan hadis tersebut adalah sbb :

الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ شُعْبَةَ فِي تُحَفِ الْعُقُولِ، فِي مَوَاعِظِ السَّجَّادِ ع قَالَ فِي رِسَالَتِهِ ع الْمَعْرُوفَةِ بِرِسَالَةِ الْحُقُوقِ اعْلَمْ رَحِمَكَ اللَّهُ أَنَّ لِلَّهِ عَلَيْكَ حُقُوقاً مُحِيطَةً بِكَ فَبِكُلِّ حَرَكَةٍ تَحَرَّكْتَهَا أَوْ سَكَنَةٍ سَكَنْتَهَا أَوْ مَنْزِلَةٍ نَزَلْتَهَا أَوْ جَارِحَةٍ قَلَبْتَهَا أَوْ آلَةٍ تَصَرَّفْتَ بِهَا بَعْضُهَا أَكْبَرُ مِنْ بَعْضٍ وَ أَكْبَرُ حُقُوقِ اللَّهِ عَلَيْكَ مَا أَوْجَبَهُ لِنَفْسِهِ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى مِنْ حَقِّهِ الَّذِي هُوَ أَصْلُ الْحُقُوقِ وَ مِنْهُ تَفَرَّعَ ……

Kelengkapan hadisnya berikut terjemahannya dapat dilihat dibawah ini.

Ikhtisar 50 Hak-hak Asasi

بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، اِعْلَمْ رَحِمَكَ اللهُ أَنَّ ِللهَ عَزَّ وجَلاَّ عَلَيْكَ حُقُوْقًا مُحِيْطَةً بِكَ, فِي كُلِّ حَرَكَةٍ تَحَرَّكْتَهَا، أَوْسَكْنَةٍ سَكَنْتَهَا، أَوْمَنْزِلَةٍ نَزَلْتَهَا، أَوْجَارِحَةٍ قَلَّبْتَهَا أَوْآلَةٍ تَصَرَّفْتَ بِهَا، بَعْضُهَا أَكْبَرُ مِنْ بَعْضٍ. وَأَكْبَرُ حُقُوْقِ اللهِ عَلَيْكَ مَا أَوْجَبَهُ لِنَفْسِهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، مِنْ حَقِّهِ الَّذِيْ هُوَ أَصْلُ الْحُقُوْقِ وَمِنْهُ تَتَفَرَّعَ, ثُمَّ ماَأَوْجَبَهُ عَلَيْكَ لِنَفْسِكَ مِنْ قَرْنِكَ إِلَى قَدَمِكَ، عَلَى اخْتِلاَفِ جَوَارِحِكَ، فَجَعَلَ لِبَصَرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِسَمْعِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِلِسَانِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِيَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِرِجْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِبَطْنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِفَرْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَهَذِهِ الْجَوَارِحُ السَّبْعُ اَلَّتِي بِهَا تَكُوْنُ اْلأَفْعَالُ. ثُمَّ جَعَلَ عَزَّ وَجَلَّ ِلأَفْعَالِكَ عَلَيْكَ حُقُوْقًا، فَجَعَلَ لِصَلاَتِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِصَوْمِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِصَدَقَتِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِهَدْيِكَ عَلَيْكَ حَقًّا،وَِلأَفْعَالِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، ثُمَّ تَخْرُجُ الْحُقُوْقُ مِنْكَ اِلَى غَيْرِكَ، مِنْ ذَوِي الْحُقُوْقِ الْوَاجِبَةِ عَلَيْكَ، وَأَوْجَبُهَا عَلَيْكَ حَقُّوْ أَئِمَّتِكَ، ثُمَّ حُقُوْقُ رَعِيَّتِكَ، ثُمَّ حُقُوْقُ رَحِمِكَ، فَهَذِهِ حُقُوْقٌ يَتَشَعَّبُ مِنْهَا حُقُوْقٌ. فَحُقُوْقُ أَئِمَّتِكَ ثَلاَثَةٌ، أَوْجَبُهَا عَلَيْكَ حَقُّ سَائِسِكَ بِالسُّلْطَانِ، ثُمَّ سَائِسُكَ بِالْعِلْمِ، ثُمَّ حَقُّ سَائِسِكَ بِالْمُلْكِ، وَكُلُّ سَائِسٍ إِمَامٌ. وَحُقُوْقُ رَعِيَّتِكَ ثَلاَثَةٌ، أَوْجَبُهَا عَلَيْكَ حَقُّ رَعِيَّتِكَ بِالسُّلْطَانِ، ثُمَّ حَقُّ رَعِيَّتِكَ بِالْعِلْمِ، فَإِنَّ الْجَاهِلَ رَعِيَّةُ الْعَالِمَ، وَحَقُّ رَعِيَّتِكَ بِالْمُلْكِ مِنَ اْلاَزْوَاجِ، وَمَا مَلَكَتِ اْلأَيْمَانِ. وَحُقُوْقُ رَحِمِكَ كَثِيْرَةٌ، مُتَّصِلَةٌ بِقَدَرِ اتِّصَالِ الرَّحِمِ فِي الْقَرَابَةِ. فَأَوْجَبُهَا عَلَيْكَ حَقُّ أُمِّكَ، ثُمَّ حَقُّ أَبِيْكَ، ثُمَّ حَقُّ وَلَدِكَ،ثُمَّ حَقُّ أَخِيْكَ، ثُمَّ اْلأَقْرَبُ فَالأَقْرَبُ،وَاْلأَوْلاَ فَاْلأَوْلاَ، ثُمَّ حَقُّ مَوْلاَكَ الْمُنْعِمِ عَلَيْكَ، ثُمَّ حَقُّ مَوْلاَكَ الَّذِي أَنْعَمْتَعَلَيْكَ، ثُمَّ حَقُّ ذِي الْمَعْرُوْفِ لَدَيْكَ، ثُمَّ حَقُّ مُؤَذِّنِكَ بِالصَّلاَةِ، ثُمَّ حَقُّ إِمَامِكَ فِي صَلاَتِكَ، ثُمَّ حَقُّ جَلِيْسِكَ, ثُمَّ حَقُّ جَارِكَ، ثُمَّ حَقُّ صَاحِبِكَ، ثُمَّ حَقُّشَرِيكِكَ، ثُمَّ حَقُّ ماَلِكَ، ثُمَّ حَقُّ غَرِيْمِكَ الَّذِي تُطَالِبُهُ، ثُمَّ حَقُّ غَرِيْمِكَ الَّذِي يُطَالِبُكَ، ثُمَّ حَقُّ خَلِيْطِكَ، ثُمَّ حَقُّ خَصْمِكَ الْمُدَّعِي عَلَيْكَ، ثُمَّ حَقُّ خَصْمِكَ الَّذِيْ تَدَّعِي عَلَيْهِ، ثُمَّ حَقُّ مُسْتَشِيْرِكَ، ثُمَّ حَقُّ الْمُشِيْرِ عَلَيْكَ، ثُمَّ حَقُّ مُسْتَنْصَحِكَ، ثُمَّ حَقُّ النَّاصِحِ لَكَ، ثُمَّ حَقُّ مَنْ هُوَ أَكْبَرُ مِنْكَ، ثُمَّ حَقُّ مَنْ هُوَ أَصْغَرُ مِنْكَ، ثُمَّ حَقُّ سَائِلِكَ، ثُمَّ حَقُّ مَنْ سَأَلْتَهُ، ثُمَّ حَقُّ مَنْ جَرَى لَكَ عَلَى يَدَيْهِ مَسَاءَةٌ بِقَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ أَوْ مَسَرَّةٍ بِقَوْلٍ أَوْفِعْلٍ عَنْ تَعَمُّدٍ مِنْهُ، أَوْ غَيْرِ تَعَمُّدٍ، ثُمَّ حَقُّ أَهْلِ مِلَّتِكَ عَامَّةً، ثُمَّ حَقُّ أَهْلِ الذِّمَّةِ، ثُمَّ الْحُقُوْقُ الْجَارِيَةُ بِقَدْرِ عِلَلِ اْلأَحْوَالِ، وَتَصَرُّفِ اْلأَسْبَابِ، فَطُوْبَى لِمَنْ أَعَانَهُ اللهُ، عَلَى قَضَاءِ مَاأَوْجَبَ عَلَيْهِ مِنْ حُقُوْقِهِ، وَوَفَّقَهُ وَسَدَّدَهُ.

Dengan asma Allah
Yang Maha Pengasih
Maha Penyayang.

Ketahuilah, semoga engkau beroleh rahmat Allah, bahwasanya Allah Swt. memiliki hak-hak atas dirimu yang meliputi setiap gerakan yang kaulakukan, atau ketenangan yang kaurasakan atau kedudukan yang kautempati, atau anggota tubuh yang kaugerakkan atau alat yang kaugunakan.

Sebagian hak-hak itu lebih besar dari sebagian yang lain.

Adapun hak Allah terbesar atas dirimu sumber segala hak lain – ialah: ditujukannya segala pengabdian dan kepatuhan hanya bagi-Nya saja, sebagaimana telah ditetapkan-Nya atas dirimu.

Kemudian, setelah itu, hak -yang diwajibkan-Nya atas dirimu bagi dirimu sendiri, pada seluruh anggota tubuhmu, dari ubun-ubun sampai telapak kakimu.

Maka ditetapkan-Nya atas dirimu hak bagi pandanganmu, pendengaranmu, lidahmu, tanganmu, kakimu, perutmu dan kemaluanmu; yang dengan ketujuh bagian tubuhmu ini terselenggaralah segala perbuatan-perbuatanmu.

Setelah itu telah ia tetapkan atas dirimu berbagai hak bagi perbuatan-perbuatanmu sendiri.

Maka dijadikan-Nya atas dirimu hak bagi shalatmu, puasamu, sedekahmu, hadyumu (yakni binatang ternak yang disembelih sebagai korban, sebagai bagian dari ibadah Haji atau pada Hari Raya Korban) dan segenap amal-amalmu yang lain.

Kemudian hak-hak itu berpindah dari kamu kepada orang-orang lain yang memiliki hak-hak yang diwajibkan atas dirimu.

Yang paling diwajibkan atasmu ialah hak imam-imammu, kemudian hak rakyatmu (yakni orang-orang yang kaupimpin), lalu hak-hak sanak kerabatmu. Inilah hak-hak yang daripada-Nya bercabang pula hak-hak lainnya.

Ada tiga macam hak para imam atau pemimpinmu.

Yang pertama wajib kaulaksanakan ialah hak orang yang mengendalikanmu dengan “kekuasaan”,

kemudian yang mengendalikanmu dengan “ilmu pengetahuan”,

lalu yang mengendalikanmu dengan “pemilikan”. Semua pengendali itu adalah imam.

Adapun hak-hak rakyatmu (atau orang-orang yang kaupimpin) juga tiga macam:

Yang paling wajib kau dahulukan ialah hak orang-orang yang kaupimpin dengan kekuasaan,

kemudian hak orang-orang yang kaupimpin dengan ilmu,

lalu hak orang-orang yang kau “miliki”, yakni pasanganmu dan hamba sahayamu.

Adapun hak-hak sanak kerabatmu ada banyak sekali, saling berhubungan sesuai dengan dekatnya kekerabatan.

Yang paling wajib kaulaksanakan ialah hak ibumu, kemudian hak ayahmu, kemudian hak anakmu, lalu hak saudaramu dan setelah itu kerabatmu yang terdekat dan seterusnya.

Setelah itu hak majikanmu yang berjasa atas dirimu dan sahayamu yang kau berkuasa atasnya.

Kemudian hak orang yang kau berhutang budi kepadanya, lalu hak muadzdzinmu, yaitu yang memanggilmu untuk shalat, lalu imammu dalam shalatmu.

Kawan bicaramu, tetanggamu, temanmu, kawan kerjamu, hartamu, orang yang berhutang padamu dan yang kau berhutang padanya, lalu peseromu.

Kemudian hak lawanmu yang mengajukan tuduhan atas dirimu dan yang kauajukan sebagai tertuduh, lalu orang yang meminta saranmu dan yang kauminta saran darinya, yang minta nasehatmu dan yang menasehatimu.

Kemudian orang yang lebih tua darimu, yang lebih muda darimu,

orang yang mengharap bantuanmu dan yang kauharapkan bantuannya,

lalu orang yang pernah mengganggumu dengan ucapan atau perbuatan, atau menyenangkanmu dengan ucapan atau perbuatan dengan sengaja atau tidak -,

lalu semua saudaramu seagama, ahludz-dzimmah (yakni orang-orang nonmuslim yang senegara denganmu),

lalu hak-hak yang berlaku sesuai dengan perubahan keadaan dan alasan.

Maka berbahagialah orang yang beroleh pertolongan Allah untuk dapat memenuhi hak-hak yang diwajibkan atas dirinya serta yang baginya dilimpahkan taufiq dan petunjuk-Nya.

Doa Kumayl

Doa Kumail

Doa Kumail (bahasa Arab: دعاء كميل) adalah doa yang diriwayatkan Kumail bin Ziyad Nakha’i dari Imam Ali as.
Doa ini memiliki makna yang sangat tinggi tentang pengenalan kepada Allah swt dan permohonan ampunan akan dosa-dosa. Allamah Majlisi meyakini Doa Kumail sebagai doa yang terbagus. Doa ini termasuk dari doa masyhur yang dibaca oleh orang-orang Syi’ah setiap malam pertengahan Sya’ban dan malam-malam Jum’at.

Kumail bin Ziyad bin Nahik Nakha’i berasal dari kabilah Nakha’, ia termasuk sebagai Tabi’in dan sahabat Rasulullah saw dan sahabat khusus Imam Ali as dan Imam Husain as. Dia menghabiskan umurnya selama 18 tahun dimasa Rasulullah saw. Ia tergolong sebagai orang-orang Syi’ah yang berbaiat kepada Imam Ali as diawal kekhilafahannya dan ikut serta dalam peperangan-peperangannya seperti perang Shiffin. Ia diyakini sebagai sahabat rahasia Amirul Mukminin as.

Kumail termasuk dari 10 orang yang diasingkankan ke Syam pada zaman Utsman . Kumail terbunuh pada tahun 82 H/701 atas perintah Hajjaj bin Yusuf Tsaqafi. Karena Kumail meriwayatkan doa ini dari Imam Ali as maka doa ini dikenal dengan Doa Kumail.

Referensi Doa Kumail adalah kitab Mishbāh al-Mutahajjid karya Syaikh Thusi. Ia memuat doa ini dengan nama Doa Nabi Khidir pada amalan-amalan bulan Sya’ban, dan mengatakan, “Diriwayatkan bahwa Kumail bin Ziyad Nakha’i melihat Amirul Mukminin as di malam pertengahan bulan Sya’ban dalam keadaan sujud dan membaca doa ini”, kemudian ia menukil doa Kumail yang terkenal ini. Sayid Ibnu Thawus dalam kitab Iqbāl al-A’māl , Allamah Majlisi dalam kitab Zād Al-Ma’ād dan Kaf’ami memuat doa ini pada amalan-amalan pertengahan bulan Sya’ban. Syaikh Abbas al-Qummi juga memuat doa Kumail dalam Mafātih al-Jinān yang dinukilnya dari Misbāh al-Mutahajjid. Allamah Majlisi memperkenalkan Doa Kumail sebagai doa yang terbaik.

Doa Kumail berisi kandungan-kandungan tinggi mengenai pengenalan kepada Allah swt dan permohonan ampunan dosa-dosa.

Imam Ali as memulai doa ini dengan nama Allah swt, kemudian pada beberapa penggalannya, ia bersumpah kepada Allah swt dengan rahmat, kekuatan, keperkasaan, kemuliaan, keagungan, kekuasaan, asma’, ilmu dan cahaya wajah-Nya. kemudian beliau menyeru Allah swt dengan: «یا نُورُ یا قُدُّوسُ یا أَوَّلَ الْأَوَّلِینَ وَ یا آخِرَ الْآخِرِینَ»; “Wahai Cahaya, Wahai Zat Yang Mahasuci,Wahai Yang Awal dari segala yang awal , Wahai Yang Akhir dari segala yang akhir”, dan mengingat-ingat efek-efek dan akibat-akibat perbuatan manusia, lalu meminta ampunan kepada-Nya.

Pada penggalan berikutnya, Imam as mendekatkan diri kepada Allah swt dengan berzikir kepada-Nya, menjadikan Allah swt sebagai pemberi syafaatnya, memohon kepada-Nya supaya didekatkan kepada haribaan-Nya, diajarkan kepadanya bagaimana cara bersyukur, dan diberikan ilham untuk berzikir kepada-Nya. Beliau memohon kerendahan dan kekhusyuan hati kepada-Nya dan mengekpresikan rasa rindunya yang amat dalam kepada-Nya dengan beberapa untaian kalimat.

Kemudian beliau mengisyaratkan kepada perintah Allah swt yang meliputi semua alam semesta dan dengan beberapa ungkapan memperkenalkan Allah swt sebagai Dzat Yang Maha Pemaaf dan Penutup kesalahan.

Pada penggalan lain, dengan bahasa pujian, beliau menjelaskan bahwa Allah swt penutup segala cela, penolak segala bencana dan penjaga segala ketergelinciran dan menyampaikan ketidakberhakan hamba. Juga beliau menunjuk kelemahan, kekurangan, keburukan kondisi, beratnya bencana dan ujian, kesalahan, kegagalan dll…., berikut mengeluhkan semua itu kepada Allah swt dan memohon bantuan dari kemurahan dan kedermawanan-Nya supaya membenahi semuanya dan dengan bertawasul kepada kemulian Allah swt, beliau menyampaikan berbagai keinginan dan menunjukkan kehinaan jiwa dan indahnya rayuan setan. Dengan menunjuk kepada anugerah-Nya yang azali ia menyatakan bahwa Allah swt tidak akan membakar orang-orang yang bertauhid dan menyembah kepada-Nya dengan api neraka.

Kemudian beliau mencoba membandingkan bencana-bencana dunia dengan siksa akhirat, seraya berkata: “Tuhanku! Sekiranya aku dapat bersabar menanggung siksa-Mu, mana mungkin aku mampu bersabar berpisah dengan-Mu?”. Lalu dengan harapan bisa menjadi hamba yang beriman menunjuk rahmat Allah swt, seraya berkata: “Apakah sama antara orang mukmin dan kafir?”, dan di akhir doa, dengan memanggil Allah swt melalui sifat-sifat-Nya, beliau memohon kepada-Nya supaya hajat-hajatnya dikabulkan.

Sayid Ibnu Thawus didalam kitab Iqbāl al-A’māl setelah menukil pernyataan Syaikh Thusi dalam kitab Mishbāh al-Mutahajjid, menukil riwayat lain dimana Kumail bin Ziyad berkata: Suatu hari aku duduk di masjid Basrah bersama maulaku, Imam Ali as dan sejumlah sahabat-sahabat beliau turut hadir juga. Beliau ditanya tentang arti ayat ini:« فِیهَا یفْرَقُ کلُّ أَمْرٍ حَکیمٍ »; “Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah”? Imam as menjawab: “malam itu adalah pertengahan bulan Sya’ban”. Demi Dzat yang jiwanya Ali berada di tangan kekuasaan-Nya, tiada seorang hamba pun kecuali dicatat semua kebaikan dan keburukannya selama setahun pada pertengahan Sya’ban. Setiap hamba yang menghidupkan malam itu dengan beribadah dan membaca doa nabi Khidir niscaya doanya akan dikabulkan.

Kumail berkata: “Ketika Imam as kembali ke rumahnya, pada malam hari aku menjumpainya. Beliau bertanya: untuk apa kamu datang? belajar doa nabi Khidir, jawabku. Beliau berkata: “Hai Kumail! Kalau kamu menghafal doa ini maka bacalah setiap malam Jumat atau setiap bulan atau sekali dalam setahun atau minimal sekali dalam sepanjang umur agar supaya urusan-urusanmu tercukupi. Semoga Allah swt menolongmu dengan melimpahruahkan rizkimu dan tidak menghalangimu dari ampunan-Nya. Hai Kumail, masa kebersamaanmu denganku menjadi sebab untukku dalam membanggakanmu dengan anugerah dan kemulian seperti ini. Hai Kumail tulislah:
«اَللَّهُمَّ إِنِّی أَسْأَلُك بِرَحْمَتِك الَّتِی وَسِعَتْ كلَّ شَیءٍ »

Sesuai pernyataan Sayid Ibnu Thawus dalam kitab Iqbal al-A’mal maka waktu pembacaan Doa Kumail adalah pertengahan Sya’ban dan malam Jum’at.

Dan di Iran sudah menjadi tradisi bahwa orang-orang Syi’ah membaca bersama-sama doa ini pada malam pertengahan Sya’ban dan malam-malam Jum’at di tempat-tempat religi.

Refrensi:
Ibn Thawus, Iqbāl al-A’māl, Bairut, A’lami, 1417 H/ 1996 M.
Khumaini, Ruhullah, Ta’liqah ‘Ala ‘Urwah al-Wutsqā, Tehran, Muassasah Nasyr wa Tanzhim Ātsār imam Khumaini, 1386 S/ 1428
Thusi, Muhammad Hasan, Mishbāh al-Mutahajjad, Bairut, ‘Alauddin A’lami, 1418 H/ 1998 M.
Fanai Asykuwari, Muhammad, Niyāyesye ‘Ārifān Syarh Hikmat wa Ma’nawiyat Dar Do’āye Kumail, Qom, Syi’eh Syenāsi, 1386 S.
Qommi, Abbas, Miftāh al-Jinān, Tehran, Markaz Nasyre Farhang Raja’, 1369 S.
Kaf’ami, Ibrahim bin Ali, al-Balad al-Amin wa al-Dhir’u al-Hashin, Bairut, ‘Alauddin A’lami, 1418 H/ 1998 M.
Kaf’ami, Ibrahim bin Ali, al-Mishbāh, Bairut, ‘Alauddin A’lami, 1414 H/ 1994 M.
Majlisi, Muhammad Baqir, Zād al-Ma’ād, Bairut, Alauddin A’lami, 1423 H/ 2003 M.
Muhammad Kazhim, Yazdi, ‘Urwah al-Wutsqā, jld. 1, Qom, Jāmi’ah Mudarrisin, 1417 S.
Nazhimzadeh Qommi, Sayid Ashgar, Ashhāb Imam Ali, Qom, Bustāne Ketāb, cet. 1, 1386 S.