WASIAT NABI SAWW TENTANG AHLULBAITNYA AS.

WASIAT NABI SAW TENTANG AHLULBAITNYA AS

  1. Anjuran untuk mencintai Ahlulbait

a. Rasulullah saw bersabda,
أدبوا أولادكم على ثلاث خصال: حبّ نبيكم, و حبّ أهل بيته, و قراءة القرآن.
“Didiklah anak-anak kalian atas tiga perkara: mencintai Nabi kalian, mencintai Ahlulbaitnya, dan membaca Alquran.”[1]

b. Rasulullah saw bersabda,
أذكركم الله في أهل بيتي, أذكركم الله في أهل بيتي¸ أذكركم الله في أهل بيتي.
“Aku ingatkan kalian dalam masalah Ahlulbaitku! Aku ingatkan kalian dalam masalah Ahlulbaitku! Aku ingatkan kalian dalam masalah Ahlulbaitku!”[2]

c. Imam Ali bin Abi Thalib berkata,
أحسن الحسنات حبنا, و أسوأ السيئات بغضنا.
“Sebaik-baiknya kebaikan adalah cinta kepada kami (Ahlulbait), dan seburuk-buruknya kejahatan adalah benci kepada kami (Ahlulbait).”[3]

  1. Mencintai Ahlulbait berarti mencintai Allah dan rasul-Nya

a. Rasulullah saw bersabda,
أحبوا الله لما يغذوكم من نعمه, و أحبوني لحب الله, و احبّوا أهل بيتي لحبّي.
“Cintailah Allah Swt atas nikmat yang dilimpahkan-Nya kepada kalian, cintailah aku berdasarkan kecintaan kepada Allah Swt, dan cintailah Ahlulbaitku berdasarkan kecintaan kepadaku.”[4]

b. Dari Zaid bin Arqam berkata, “Dahulu saya bersama Rasulullah saw maka lewatlah Fathimah yang keluar dari rumahnya menuju ke kamar Nabi saw dan bersamanya terdapat kedua anaknya Hasan dan Husain dan Ali bin Abi Thalib mengikuti mereka. Kemudian Nabi saw memandang mereka dan bersabda,
من أحب هؤلاء فقد أحبّني, و من أبغضهم فقد أبغضني.
‘Siapa yang mencintai mereka berarti telah mencintai aku, dan siapa yang membenci mereka berarti telah membenci aku.’”[5]

  1. Mencintai Ahlulbait adalah azas (dasar) Islam

a. Rasulullah saw bersabda,
أساس الاسلام حبي و حب أهل بيتي.
“Azas agama Islam adalah mencintaiku dan mencintai Ahlulbaitku.”[6]

b. Rasulullah saw bersabda,
لكّل شيء اساس. و أساس الإسلام حبنا أهل البيت.
“Segala sesuatu ada azasnya, dan azas agama Islam adalah mencintai kami Ahlulbait.”[7]

c. Dari Ali bin Abi Thalib, “Rasulullah saw berkata kepadaku, ‘Wahai Ali! Islam itu telanjang, bajunya adalah takwa, pemimpinnya adalah petunjuk, hiasannya adalah sifat malu, tiangnya adalah sifat warak, hartanya adalah amal saleh dan azas Islam adalah mencintaiku dan
Ahlulbaitku.’”[8]

  1. Mencintai Ahlulbait adalah ibadah

a. Rasulullah saw bersabda,
حب آل محمد يوما خير من عبادة سنة و من مات عليه دخل الجنة.
“Mencintai keluarga Muhammad (Ahlulbait) satu hari lebih baik dari pada ibadah satu tahun, dan siapa di antara kamu meninggal dalam mencintainya masuk surga.”[9]

b. Rasulullah saw bersabda,
اعلم أنّ أول عبادته المعرفة به… ثم الإيمان بي و الاقرار بأنّ الله أرسلني الى كافة الناس بشيرا و نذيرا وداعيا الى الله بإذنه و سراجا منيرا, ثم حب أهل بيتي الذين أذهب الله عنهم الرجس و طهرهم تطهيرا.
“Ketahuilah, bahwasanya awal ibadah itu adalah mengenal Allah… kemudian beriman kepadaku dan berikrar bahwasanya Allah Swt telah mengutus aku kepada seluruh manusia sebagai pembawa berita baik dan peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi, kemudian (sebagai awal ibadah adalah) mencintai Ahlulbaitku yang Allah telah hilangkan atas mereka segala dosa dan membersihkannya sesuci-sucinya.”[10]

c. Imam Ja’far Shadiq berkata,
إنّ فوق كل عبادة عبادة, و حبنا أهل البيت أفضل عبادة.
“Sesungguhnya di atas setiap ibadah ada ibadah yang lebih utama, dan mencintai kami Ahlulbait adalah paling utama ibadah.”[11]

  1. Mencintai Ahlulbait adalah tanda keimanan

a. Rasulullah saw bersabda,
لا يؤمن عبد حتى أكون أحب اليه من نفسه, و أهلي أحب اليه من أهله, و عترتي أحب اليه من عترته, و ذاتي أحب اليه من ذاته.
“Seorang hamba Allah tidak akan sempurna imannya sebelum kecintaannya kepadaku melebihi kecintaannya kepada dirinya sendiri, sebelum kecintaanya kepada keluargaku melebihi kecintaannya kepada keluarganya sendiri, sebelum kecintaannya kepada keturunanku melebihi kecintaannya kepada keturunannya sendiri, dan sebelum kecintaannya kepada zatku melebihi kecintaannya kepada zatnya sendiri.”[12]

b. Rasulullah saw bersabda,
لا يحبنا أهل البيت الا مؤمن تقي, و لا يبغضنا الا منافق شقي.
“Tidak ada yang mencintai kami Ahlulbait kecuali orang yang beriman dan bertakwa, dan tidak ada yang membenci kami kecuali orang munafik dan durhaka.”[13]

c. Imam Muhammad Baqir berkata,
حبنا إيمان, و بغضنا كفر.
“Mencintai kami (Ahlulbait) adalah tanda keimanan, dan membenci kami adalah tanda kekufuran.”[14]

d. Imam Muhammad Baqir berkata,
إنّما حبنا أهل البيت شىء يكتبه الله في قلب العبد, فمن كتبه الله قلبه لم يستطع أحد أن يمحوه, أما سمعت الله يقول: (أولئك كتب في قلوبهم الايمان و أيّدهم بروح منه) فحبنا أهل البيت من أصل الإيمان.
“Sesungguhnya kecintaan kepada kami Ahlulbait adalah sesuatu yang telah Allah ditetapkan dalam hati seorang hamba, maka siapa yang telah Allah tetapkan dalam hatinya tidak ada satu pun yang dapat menahannya. Allah Swt berfirman, ‘Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari pada-Nya.’[15] Maka mencintai kami Ahlulbait merupakan dasar keimanan.”[16]

  1. Mencintai Ahlulbait akan mendapat hikmah

a. Rasulullah saw bersabda,
من اراد التوكل على الله فليحب أهل بيتي, و من اراد الحكمة فليحب اهل بيتي. فوالله, ما احبّهم احد الا رنح الدنيا و الاخرة.
“Siapa yang ingin bertawakkal kepada Allah maka cintailah Ahlulbaitku. Siapa yang ingin menemukan hikmah maka cintailah Ahlulbaitku. Demi Allah! Tidaklah seorang mencintai mereka kecuali dia akan beruntung di dunia dan akhirat.”[17]

b. Berkata Imam Ja’far Shadiq,
من احبنا أهل البيت, وحقق حبنا في قلبه, جرت ينابيع الحكمة على لسانه.
“Siapa yang mencintai kami Ahlulbait dan menguatkan kecintaannya terhadap kami di dalam hatinya, maka akan keluarlah kata-kata hikmah dari lisannya.”[18]

  1. Mencintai Ahlulbait akan mendapat syafaat di hari kiamat

a. Rasulullah saw bersabda,
شفاعتي لآمتي من أحب أهل بيتي.
“Golongan umatku yang akan mendapat syafaatku adalah mereka yang mencintai Ahlulbaitku.”[19]

b. Rasulullah saw bersabda,
الزموا مودتنا أهل البيت, فإنه من لقي الله يوم القيامة و هو يودنا دخل الجنة بشفاعتنا.
“Hendaklah kalian tetap memelihara kasih sayang dengan kami Ahlulbait, karena orang yang bertemu dengan Allah (pada hari kiamat kelak) dalam keadaan mencintai kami, dia akan masuk surga dengan syafaat kami.”[20]

c. Rasulullah saw bersabda,
أربعة أنا شفيع لهم يوم القيامة: المكرم لذريتي, و القاضي لهم حوائجهم, و الساعي لهم في أمورهم عند ما اضطرّوا إليه, و المحب لهم بقلبه و لسانه.
“Empat golongan akulah yang akan memberinya syafaat di hari kiamat, yaitu: ‘Orang yang memuliakan keturunanku, orang yang membantu menutup kebutuhan mereka, membantu mereka dalam urusan-urusan mereka ketika mereka membutuhkannya, dan orang yang mencintai mereka dengan hatinya yang tulus dan dengan kata-katanya.”[21]

  1. Mencintai Ahlulbait akan meninggal dalam keadaan mati syahid

a. Rasulullah saw bersabda,
من مات على حب آل محمد مات شهيدا, ألاو من مات على حب آل محمد مات مغفورا له, ألا و من مات على حب آل محمد مات تائبا, ألا و من مات على حب آل محمد مات مؤمنا مستكمل الايمان.
“Barang siapa meninggal dunia dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad saw, ia mati syahid. Sungguh orang yang meninggal dunia dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad saw, ia akan memperoleh ampunan atas doa-dosanya. Sungguh orang yang meninggal dunia dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad saw, ia mati dalam keadaan diterima tobatnya. Sungguh orang yang meninggal dunia dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad saw, ia mati sebgai orang yang beriman dan sempurna imannya.”[22]

b. Rasulullah saw bersabda,
حبنا أهل البيت يكفر الذنوب و يضاعف الحسنات.
“Mencintai kami Ahlulbait akan menghapuskan kesalahan dan melipatgandakan kebaikan.”[23]

  1. Mencintai Ahlulbait akan mendapatkan cahaya di hari kiamat.

a. Rasulullah saw bersabda,
أكثركم نورا يوم القيامة أكثركم حبا لآل محمد.
“Yang paling banyak cahanyanya di antara kalian di hari kiamat adalah yang paling banyak kecintaannya kepada keluarga Muhammad saw.”[24]

b. Rasulullah saw bersabda,
أما والله لا يحب أهل بيتي عبد إلا أعطاه الله عز و جل نورا حتى يرد علي الحوض.
“Demi Allah! Tidaklah seorang hamba mencintai Ahlulbaitku kecuali Allah Azza wa Jalla memberikannya cahaya hingga dia bertemu di Telaga Haudh.”[25]

  1. Mencintai Ahlulbait dijamin masuk surga dan selamat dari neraka

a. Rasulullah saw bersabda,
ألا و من مات على حب آل محمد بشّره ملك الموت بالجنة ثم منكر و نكير, ألا و من مات على حب آل محمد يزفّ الى الجنة كما تزف العروس الى بيت زوجها, ألا و من مات على حب آل محمد فتح له من قبره بابان الى الجنة, الا و من مات على حب آل محمد مات على السنّة و الجماعة.
“Sungguh barang siapa meninggal dunia dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad saw, dia diberi kabar gembira oleh Malaikat Maut akan masuk surga, kemudian diberitahu pula oleh dua malaikat, yaitu Munkar dan Nakir. Sungguh orang yang meninggal dunia dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad saw, dia akan diarak masuk surga seperti pengantin perempuan di arak menuju rumah suaminya. Sungguh orang yang meninggal dunia dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad saw, di dalam kuburnya dia akan dibukakan dua pintu menuju surga. Sungguh orang yang meninggal dunia dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad saw, dia mati dalam lingkungan sunah wal jamaah.”[26]

b. Rasulullah saw bersabda,
معرفة آل محمد براءة من النار, و حب آل محمد جواز على الصراط, و الولاية لآل محمد أمان من العذاب.
“Mengenal keluarga Muhammad saw membebaskan dari sentuhan api nereka, mencintai keluarga Muhammad saw merupakan kemudahan dalam melewati jembatan shiratal mustaqim, mengikuti keluarga Muhammad saw aman dari azab neraka.”[27]

c. Imam Ali bin Abi Thalib berkata,
أسعد الناس من عرف فضلنا و تقرّب الى الله بنا و أخلص حبنا.
“Manusia yang paling bahagia adalah yang mengenal keutamaan kami Ahlulbait, mendekatkan diri kepada Allah dengan sebab kami dan yang ikhlas dalam mencintai kami.”

  1. Mencintai ahlu bait akan berkumpul dengan Nabi saw di akhirat

a. Rasulullah saw bersabda,
يرد عليّ الحوض أهل بيتي و من أحبهم من أمتي كهاتيت, يعني السبّابتين.
“Ahlulbaitku akan berkumpul di Telaga Haudh bersama umatku yang paling mencintai mereka seperti ini (menunjukkan kedua jarinya yang saling menempel).”[28]

b. Dari Imam Ali bin Abi Thalib, Rasulullah saw memegang tangan Hasan dan Husain dan bersabda,
من أحبني و أحب هذين و أبا هما وأمهما , كان معي في درجتي يوم القيامة.
“Siapa yang mencintai aku dan mencintai kedua anak ini serta ayah dan ibu dari keduanya, sesungguhnya ia bersamaku dalam derajatku di hari kiamat.”[29]

  1. Ahlulbait ibarat perahu Nabi Nuh as

a. Dari Abu Dzar, Rasulullah saw bersabda,
ألا إنّ مثل أهل بيتي فيكم مثل سفينة نوح من قومه, من ركبةا نجا و من تخلّف عنة غرق.
“Sungguh perumpamaan Ahlulbaitku terhadap kalian seperti Bahtera Nabi Nuh as, siapa yang menaikinya akan selamat dan siapa yang meninggalkannya akan tenggelam.”[30]

b. Rasulullah saw bersabda,
نحن سفينة النّجاة, من تعلّق بها نجا و من حاد عنها هلك.
“Kami (Ahlulbait) ibarat perahu
keselamatan, siapa yang mengikuti kami akan selamat dan siapa yang menyimpang dari kami akan celaka.”[31]

  1. Ahlulbait ibarat pintu pengampunan dosa

a. Rasulullah saw bersabda,
إنّما مثل أهل بيتي فيكم مثل باب حطّة في بني إسرئيل, من دخله غفر له.
“Sesungguhnya perumpamaan ahlu baitku seperti pintu pengampunan dosa Bani Israil, siapa yang masuk ke dalamnya diampuni dosanya.”[32]

Perkataan tentang Pintu Kebebasan

Bani Israil adalah isyarat yang diambil dari firman Allah Swt kepada Bani Israil dalam surah al-Baqarah ayat 58, “Dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan Katakanlah, ‘Bebaskanlah kami dari dosa,’ niscaya kami ampuni kesalahan-kesalahamu.”

b. Imam Ali bin Abi Thalib berkata,
والله إنّ مثلنا في هذه الامة كمثل سفينة نوح, و انّ مثلنا في هذه الامة كمثل باب حطّة في بني إسرئيل.
“Demi Allah! Sesungguhnya perumpamaan kami (Ahlulbait) di tengah-tengah umat sepeti Bahtera Nabi Nuh as, dan sesungguhnya perumpamaan kami (Ahlulbait) di tengah-tengah umat seperti pintu pengampunan dosa Bani Israil.”[33]

  1. Ahlulbait ibarat bintang

a. Rasulullah saw bersabda,
النجوم أمان لآهل الأرض من الغرق و أهل بيتي أمان لامتي من الاختلاف.
“Bintang-bintang adalah petunjuk bagi penduduk bumi dari kesesatan, dan Ahlubaitku pengaman bagi umatku dari perselisihan.”[34]

b. Rasulullah saw bersabda,
النجوم أمان لآهل السماء فإذا ذهبت النجوم ذهب اهل السماء, و اهل بيتي أمان لأهل الارض فإذا ذهب اهل بيتي ذهب اهل الارض.
“Bintang adalah pengaman bagi penduduk langit, jika bintang musnah maka musnahlah penduduk langit. Ahlubaitku pengaman bagi penduduk bumi, jika musnah Ahlulbaitku maka musnahlah penduduk bumi.”[35]

c. Imam Ali bin Abi Thalib berkata,
ألا إنّ آل محمد صلى الله عليه و آله و سلّم كمثل نجوم السّماء.
“Sungguh keluarga Muhammad saw adalah ibarat bintang di langit.”[36]


[1] Al-Shawaiq al-Muhriqah (172)
[2] Shahih Muslim (4/1873)
[3] Ghurar al-Hikam (1/211)
[4] Sunan Tirmizi (5/664)
[5] Tarikh Damsyiq (91)
[6] Kanz al-Ummal (12/105); al-Durr al-Mantsur (6/7)
[7] Al-Mahasin (1/247)
[8] Kanz al-Ummal (13/645)
[9] Nur al-Abshar (127)
[10] Makarim al-Akhlaq (2/363)
[11] Al-Mahasin (1/247)
[12] Al-Mu’jam al-Kabir (7/86)
[13] Dzakhair al-Uqba:218; al-Shawaiq al-Muhriqah (230)
[14] Al-Mahasin (1/247)
[15] Al-Mujadalah:22
[16] Syawahid al-Tanzil (2/330)
[17] Yanabi’ al-Mawaddah (2/332)
[18] Al-Mahasin (1/134)
[19] Tarikh Baghdad (2/146); al-Jami’ al-Shagir (2/49)
[20] Al-Mu’jam al-Awsath (3/26), Majma’ al-Zawaid (9/172)
[21] Ihya al-Mayyit (52)
[22] Tafsir al-Kasysyaf (4/220-221)
[23] Irsyad al-Qulub (253)
[24] Syawahid al-Tanzil (2/310)
[25] Syawahid al-Tanzil (2/310)
[26] Tafsir al-Kasysyaf (4/220-221)
[27] Tarikh Baghdad (12/91); Faraid al-Simthain (2/242)
[28] Dzakhair al-Uqba (18); Maqatil Thalibiyyin (76)
[29] Musnad Ahmad (1/77), Sunan Tirmizi (5/641); Fadhail al-Shahabah (2/694)
[30] Al-Mustadrak ‘ala al-Shaihain (3/163), Yanabi’ al-Mawaddah (1/94)
[31] Faraid al-Simthain (1/37)
[32] Al-Shawaiq al-Muhriqah (152)
[33] Kanz al-Ummal (2/434)
[34] Al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain (3/162)
[35] Yanabi’ al-Mawaddah (2/17)
[36] Nahj al-Balaghah, khotbah ke-100.

Imam Habib Muhammad bin Ali bin Alawi Khird Ba’alawi dalam kitabnya al-Ghurar bahwa Rasulullah saw bersabda,

حبي وحب أهل بيتي نافع في سبعة ﻣﻮﺍﻃﻦ أهوالهن عظيمة:
عند الوفاة
و عند القبر
و عند ﺍﻟﻨﺸﺮ
و عند ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ
و عند الحساب
و عند الميزان
و عند ﺍﻟﺼﺮﺍﻁ.

“Mencintaiku dan mencintai keluargaku bermanfaat di 7 tempat-tempat mulia:

  1. Ketika wafat.
  2. Ketika di kubur.
  3. Ketika dibangkitkan.
  4. Ketika pencatatan.
  5. Ketika penghisaban.
  6. Ketika di timbangan Mizan.
  7. Ketika di jembatan shirat.”

– Diriwayatkan oleh Sayidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah saw bersabda,

لكل شيء أساس، و أساس الإسلام حب أصحاب رسول الله صلى الله عليه و سلم و حب أهل بيته.

“Setiap sesuatu memiliki asas dan asas Islam adalah mencintai sahabat dan keluarga Rasulullah saw.”

– Diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari Sayidina Ali ra bahwa Rasulullah saw bersabda,

أول من يرد الحوض أهل بيتي ومن أحبني من أمتي.

“Pertama yang sampai di Telaga Haudh adalah keluargaku dan mereka yang mencitaiku dari golongan umatku.”

  • لا يبغضنا و لا يحسدنا أحد إلا ذيد عن الحوض يوم القيامة بسياط من النار.

“Tidaklah yang membenci kami (Nabi saw dan keluarganya) dan tidak pula menghasud kami kecuali dia terusir dari Telaga Haudh pada hari kiamat.”

  • Diriwayatkan dalam kitab al-Ghurar:

من مات على بغض آل محمد جاء يوم القيامة مكتوبا بين عينيه آيس من رحمة الله.
“Siapa yang mati dalam keadaan benci keluarga Rasulullah saw, dia akan datang pada hari kiamat, tertulis di antara kedua matanya orang yang tidak mendapat rahmat Allah Swt.”

– حرمت الجنة على من ظلم أهل بيتي أو قتلهم أو أعان عليهم أو سبهم.

“Diharamkan surga atas siapa yang menzalimi keluargaku.”[]

~

MILAD AGUNG SANG PUTRA KA’BAH,KEKASIH ALLAH DAN RASUL-NYA

بسم الله الر حمن الر حيم

Milad Agung Sang PUTRA Ka’bah , Kekasih Allah dan Rasul-Nya

💞💞💞💞💞

Tanggal 13 Rajab adalah hari kelahiran Imam Ali bin Abi Thalib as.

Ia dilahirkan pada 13 Rajab, Aamul Fiil ke-30. Prosesi kelahiran Ali penuh keajaiban dan tidak pernah terjadi sepanjang sejarah umat manusia. Ia dilahirkan di dalam Ka’bah, Rumah Tuhan.

Imam Ali as adalah putra Abu Thalib, paman Nabi dan cucu Abdul Muthalib, putra Hasyim. Ibunda beliau bernama Fatimah, putri Assad bin Abdu Manaf.

Muhammad al-Maliki mengatakan, “Ali dilahirkan di dalam Ka’bah di Mekah pada hari ketiga belas bulan Tuhan, Rajab tahun ke-30 Tahun Gajah … Sebelum dia, tidak ada yang lahir di dalam Ka’bah dan

kelahiran ini merupakan keutamaan yang diberikan Allah Swt kepada Ali as

demi menghormatinya dan meningkatkan derajatnya serta mengungkapkan martabat dan kebesaran hatinya.”

Hakim Neishaburi juga mengatakan, “Kabar kelahiran Ali as di dalam Ka’bah telah sampai

dalam bentuk mutawatir.

Sejauh ini belum ada yang mencapai keutamaan ini.”

Ali as di kemudian hari dengan perilakunya membuktikan posisinya. Dia dianggap sebagai buah sukses dari pendidikan Nabi Muhammad Saw. Karena dia adalah nafas dan jiwa Nabi Saw, saudara laki-laki dan penggantinya. Rasulullah Saw mengenalkannya sebagai pintu ilmu dan kebijakan dan berkata

“Saya adalah kota ilmu dan Ali sebagai PINTU gerbangnya. Barang siapa yang menginginkan ilmu harus memasukinya lewat pintu ini.”

Faktanya, kepribadian Ali as adalah kombinasi elemen yang masing-masing mampu mengantarkan manusia ke puncak kesempurnaan.

Masa kanak-kanak Imam Ali as dihabiskan di bawah asuhan dan pendidikan Rasulullah Saw. Semakin tinggi ilmu yang didapat, Rasulullah Saw semakin memperhatikan dan mendidik Ali as. Sehubungan dengan hal ini, Imam Ali as berkata

‘Aku mengikuti Nabi saww seperti seekor anak unta mengikuti induknya.”

Setiap hari beliau menunjukkan tanda akhlaknya kepadaku dan selalu mengajakku untuk mengikutinya. Saat kanak-kanak, ia selalu mendekapku di dadanya dan menidurkanku di tempat tidurnya, ia mendekatkan tubuh sucinya ke tubuhku sehingga aku mencium wangi tubuh beliau.

Ali as yang menjadi saksi khalwat Rasulullah Saw bersama Tuhan, adalah tokoh Islam yang utama, ia adalah sahabat Nabi pertama. Imam Ali as berkata,

Rasulullah Saww setiap tahun berkhalwat di Gua Hira. Saya selalu melihatnya dan tidak ada seorang pun selain saya yang melihatnya. Kecuali di rumah Rasulullah Saw dan Khadijah, tidak ada satu orang pun yang memeluk Islam dan saya adalah orang yang ketiga. Aku menyaksikan cahaya wahyu dan kenabian, dan menghirup wangi kenabian.

Dalam kesabaran dan memberi maaf, Ali as mengalahkan semua orang. Tingkat kesabaran yang paling tinggi dapat dilihat dalam Perang Jamal dan dalam memperlakukan musuh, terutama Marwan bin Hakam dan Abdullah bin Zubair. Imam, sekalipun menguasai mereka, tapi memaafkan mereka. Ali as tidak mengutuk dan menghukum siapa pun dari mereka yang terlibat dalam Perang Jamal.

Di Perang Khandaq, Imam Ali as berhadap-hadapan dengan Amr ibn Abd Al Wud, jawara Quraisy terkemuka. Imam Ali as berhasil menjatuhkannya ke tanah, tapi tidak membunuhnya. Lalu kembali bertarung dan mengalahkannya namun tidak membunuhnya, dan mendekati Rasulullah.

Rasulullah Saw bertanya, “Mengapa setiap kali engkau bertarung dengannya, engkau tidak membunuhnya?” Ali menjawab, ia menghina ibuku dan meludahi mukaku. Aku takut membunuhnya karena kemarahan, aku biarkan dia sampai kemarahanku reda, setelah itu kubunuh.

Keadilan adalah salah satu bagian yang paling indah dari karakter Imam Ali as. Jika Ali as tidak ingin menghormati keadilan dan lebih memilih jabatannya daripada kepentingan dunia Muslim, ia akan menjadi khalifah yang paling sukses dan paling kuat. Tetapi, ia begitu tegar di jalan kebenaran sehingga ketika saudara laki-lakinya Aqil meminta sesuatu dari Baitul Mal, ia meletakkan api di tangannya dan mengingatkannya akan azab akhirat.

Keadilan Imam Ali as adalah simbol keadilan Islam.

Dalam ajaran Imam Ali as dikatakan, “Allah menjadikan keadilan sebagai penunjang manusia. Keadilan adalah cahaya Islam. Islam tanpa keadilan adalah cahaya yang tidak bercahaya.”

💞💞💞💞💞

Berikut ini hadis berkenaan kedudukan Imam Ali as di sisi Rosulullah Saw::

Amirul Mukminin Ali as. adalah satu-satunya orang yang paling dekat dengan Rasulullah Saw

Imam Ali as. adalah ayah untuk kedua cucunya dan pintu kota ilmunya. Nabi Saw. sangat menghormati dan mencintai Imam Ali as. Beberapa hadis Nabi Saww. menegaskan betapa kecintaannya kepada Imam Ali as. sangat besar. Mari kita simak bersama beberapa hadis berikut ini.

Imam Ali as. sebagai Diri Nabi saw.

Pada suatu hari, Walîd bin ‘Uqbah memberikan informasi kepada Nabi Saww. bahwa Bani Walî‘ah telah murtad dari Islam. Mendengar itu, Nabi Saw. sangat murka dan bersabda: “Apakah Bani Walî‘ah menghentikan perbuatan mereka itu atau aku akan utus kepada mereka

seorang laki-laki yang merupakan diri dan jiwaku

ia akan memerangi mereka dan menyandera kaum wanita mereka. Laki-laki itu adalah orang ini.” Setelah bersabda demikian, Nabi Saw. menepuk pundak Imam Ali as.
📚( Majma‘Az-Zawâ’id, Jil. 7/110.

Ternyata Walîd berdusta.

Maka turunlah ayat: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan ….”
(QS. Al-Hujurât [49]:6)

Dalam sebuah hadis, ‘Amr bin ‘Ash berkata: “Ketika aku kembali dari perang Dzâtus Salâsil, aku mengira bahwa tidak seorang pun yang lebih dicintai oleh Rasulullah Saww. daripada aku. Aku bertanya kepadanya,

‘Ya Rasulallah, siapakah yang paling Anda cintai?’

Rasulullah Saww. menyebutkan nama beberapa orang. Aku bertanya lagi, ‘Ya Rasulallah, di manakah Ali?’ Nabi Saw. menoleh kepada para sahabat seraya bersabda,

‘Sesungguhnya ia bertanya kepadaku tentang jiwaku.’”
📚.Kanz Al-‘Ummâl, Jil. 6/400.

Imam Ali as. sebagai Saudara Nabi Saw.

Nabi Saw. pernah mengumumkan di hadapan para sahabat bahwa Imam Ali as. adalah saudaranya. Masalah ini telah direkam oleh banyak hadis. Antara lain ialah:

At-Turmudzî meriwayatkan dengan sanad dari Ibn Umar. Ibn Umar berkata:

*“Rasulullah Saww. telah mempersaudarakan para sahabatnya. Kemudian datanglah Imam Ali as. dengan air mata yang berlinang seraya berkata: ‘Ya Rasulallah, engkau telah mempersaudarakan para sahabatmu. Tetapi mengapa Anda tidak mempersaudarakanku dengan siapa pun?’

Rasulullah Saw. Bersabda:

“Engkau adalah saudaraku di dunia dan di akhirat.’”
📚.Shahîh At-Turmudzî, Jil. 2/299; Mustadrak Al-Hâkim, Jil. 3/14.

Nabi Saw. mempersaudarakan Imam Ali as dengan dirinya bukan hanya di dunia ini saja. Tetapi persaudaraan antaranya Imam Ali as. ini berlanjut hingga hari akhirat yang tak berbatas.

Anas bin Malik berkata: “Rasulullah Saw. naik ke atas mimbar. Setelah usai berpidato, ia bertanya, ‘Di manakah Ali bin Abi Thalib?’ Imam Ali as. segera bangkit dan berkata: “Aku di sini, ya Rasulullah.’ Tak lama kemudian Nabi Saw. memeluk Imam Ali as. dan mencium keningnya seraya bersabda dengan suara yang lantang: ‘Wahai kaum Muslimin, Ali adalah saudaraku dan putra pamanku. Dia adalah darah dagingku dan rambutku. Dia adalah ayah kedua cucuku Hasan dan Husain, penghulu para pemuda penghuni surga.’”
📚.Dzakhâ’ir Al-‘Uqbâ, hal. 92.

Dalam sebuah riwayat, Ibn Umar berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda pada saat melaksanakan haji Wadâ‘ sementaranya menunggangi unta sembari menepuk pundak Imam Ali as.: “Ya Allah, saksikanlah. Ya allah, aku telah menyampaikan seruan-Mu bahwa orang

ini adalah saudaraku, putra pamanku, menantuku, dan ayah kedua cucu-ku. Ya Allah, sungkurkanlah orang yang memusuhinya ke dalam api neraka.’”
📚.Kanz Al-‘Ummâl, Jil. 3/61.

Nabi Saww. dan Imam Ali as. Berasal dari Satu Pokok

Nabi Saw. pernah menegaskan bahwa ia dan Imam Ali as. berasal dari satu pohon yang sama. Hal ini telah disebutkan dalam beberapa hadis. Berikut ini adalah contoh dari hadis-hadis tersebut:

Dalam sebuah hadis, Jâbir bin Abdillah berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah Saww. bersabda kepada Imam Ali as.: ‘Hai Ali, sesungguhnya umat manusia berasal dari berbagai pohon yang berbeda.

Sementara engkau dan aku berasal dari satu pohon yang sama.’

Kemudian beliau membacakan ayat:

“Dan di atas bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdam-pingan (tapi berbeda-beda), dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama …” (QS. Ar-Ra’d [13]:4)

Rasulullah Saw. bersabda: “Aku dan Ali as. berasal dari satu pohon, sedangkan umat manusia berasal dari pohon yang berbeda-beda.”
📚.Kanz Al-‘Ummâl, Jil. 6/154.

Sungguh betapa agung dan mulia pohon tersebut yang telah melahirkan junjungan alam semesta, Rasulullah Saww., dan pintu kota ilmunya, Amirul Mukminin Ali as. Pohon ini adalah pohon yang penuh berkah; pohon yang akarnya menghujam ke dalam bumi dan ranting-rantingnya menjulang ke langit, dan membuahkan hasil bagi umat manusia pada setiap generasi.

Imam Ali as. sebagai Wazîr Nabi Saw.

Dalam beberapa hadis, Nabi Saw. sangat menekankan bahwa Imam Ali as. adalah wazîrnya. Di antara hadis-hadis tersebut ialah berikut ini:

Dalam sebuah hadis, Asmâ’ binti ‘Umais berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. Bersabda: ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berkata sebagaimana saudaraku, Mûsâ berkata: ‘Ya Allah, jadikanlah untukku seorang wazîr dari keluargaku, yaitu saudaraku Ali. Kokohkanlah aku dengannya, sertakanlah dia dalam urusanku agar kami banyak bertasbih kepada-Mu dan senantiasa mengingat-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui kondisi kami”.
📚.Ar-Riyâdh An-Nâdhirah, Jil. 2/163.

Imam Ali as. sebagai Khalifah Nabi Saw.

Nabi Saw. memproklamasikan bahwa Imam Ali as. adalah khilafah sepeninggalnya dari sejak memulai dakwah. Hal itu terjadi Ketika ia mengundang kaum Quraisy agar memeluk Islam. Di akhir pertemuan tersebut, beliau Saw berkata kepada mereka:

“Dengan demikian, orang ini yaitu Ali as adalah saudaraku, washîku, dan khalifahku setelahku untuk kalian. Dengarkan dan taatilah dia!”
📚.Târîkh At-Thabarî, Jil. 2/127; Târîkh Ibn Atsîr, Jil. 2/22; Târîkh Abi Al-Fidâ’, Jil. 1/116; Mus-nad Ahmad, Jil. 1/331; Kanz Al-‘Ummâl, Jil. 6/399.

Rasulullah Saw. telah menggandengkan kekhalifahan Ali as. sepeninggalnya dengan permulaan dakwah Islam. Ia juga telah menyingkirkan kemusyrikan dan penyembahan terhadap berhala. Banyak sekali riwayat yang telah menegaskan kekhalifahan Ali as. ini. Berikut ini sebagian darinya:

Rasululllah Saww. bersabda:

Hai Ali, engkau adalah khalifahku untuk umatku.”
📚.Al-Murâja‘ât, hal. 208.

Beliau Saww. juga bersabda:

“Di antara mereka, Ali bin Abi Thalib paling dahulu memeluk Islam, paling banyak ilmu pengetahuannya, dan dia adalah imam dan khalifah setelahku.”

Imam Ali as. di Sisi Nabi Saw. Sepadan Hârûn di Sisi Mûsâ

Banyak sekali hadis dan riwayat telah diriwayatkan dari Nabi Saww yang memiliki kandungan yang sama. yaitu ia bersabda kepda Ali as.:

“Engkau di sisiku seperti kedudukan Harus di sisi Mûsâ as. …”_

Berikut ini kami nukilkan sebagian hadis tersebut:

Nabi Saw. bersabda kepada Ali as.: “Tidakkah engkau rela bahwa engkau di sisiku sebagaimana kedudukan Hârûn di sisi Mûsâ as., hanya saja tidak ada nabi lagi setelahku?”
📚.Musnad Abu Daud, Jil. 1/29; Hilyah Al-Awliyâ’, Jil. 7/195; Musykil Al-Âtsâr, Jil. 2/309; Mus-nad Ahmad bin Hanbal, Jil. 1/182; Târîkh Bagdad, Jil. 11/432; Khashâ’ish An-Nasa’î, hal. 16.

Sa‘îd bin Mûsâyyib meriwayatkan hadis dari ‘Âmir bin Sa‘d bin Abi Waqqâsh, dari ayahnya, Sa’d. Sa‘d berkata: “Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Ali as.:

“Engkau di sisiku seperti kedudukan Hârûn di sisi Mûsâ as., hanya saja tidak ada nabi lagi setelahku.’”

Sa‘îd berkata: “Aku ingin menyampaikan informasi tersebut kepada Sa‘d. Aku menjumpainya dan kuceritakan apa yang diceritakan oleh ‘Âmir. Sa‘d berkata: “Aku pun telah mendengarnya.’ Aku bertanya: “Sungguh engkau telah mendengarnya?” Ia meletakkan jarinya di kedua telinganya seraya berkata: “Ya, aku telah mendengarnya. Jika tidak, berarti aku tuli.’”
📚.Usud Al-Ghâbah, Jil. 4/26; Khashâ’ish An-Nisa’î, hal. 15; Shahîh Muslim, kitab Fadhâ’il Al-Ashhâb, Jil. 7/ 120

Imam Ali as. sebagai Gerbang Kota Ilmu Nabi Saw.

Satu hal lagi tentang ketinggian dan keagungan kedudukan Imam Ali as. yang ditegaskan oleh Nabi Saww. adalah bahwa ia telah menjadikannya sebagai pintu kota ilmunya. Hadis-hadis mengenai hal ini telah diriwayatkan melalui beberapa jalur sehingga mencapai peringkat qath‘î (meyakinkan). Hadis-hadis ini telah diriwayatkan dari Rasulullah Saw. pada beberapa kesempatan. Di antaranya adalah berikut ini:

Jâbir bin Abdillah berkata: “Pada peristiwa Hudaibiyah, aku mende-ngar Rasulullah Saw. bersabda sambil memegang tangan Ali as.:

“Orang ini adalah pemimpin orang-orang saleh, pembasmi orang-orang zalim, akan ditolong siapa yang membelanya, dan akan terhina siapa yang menghinanya.’

Lalunya mengeraskan suaranya: “Aku adalah kota ilmu, sedang Ali adalah pintunya. Barang siapa yang ingin memasuki rumah, hendaklah ia masuk melalui pintunya.’”
📚.Târîkh Bagdad, Jil. 2/ 377.

Ibn Abbâs berkata: “Rasulullah Saw. bersabda: “Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Barang siapa yang ingin memasuki kota, maka hendaklah ia mendatangi pintunya.”
📚.Kanz Al-‘Ummâl, Jil. 6/ 401.

Rasulullah Saww bersabda:

“Ali adalah pintu ilmuku dan penjelas risalahku kepada umatku sepeninggalku nanti. Mencintainya adalah iman, memurkainya adalah kemunafikan, dan memandangnya adalah kasih sayang.”
📚.Kanz Al-‘Ummâl, Jil. 6/ 156; As-Shawâ‘iq Al-Muhriqah, hal. 73.

Amirul Mukminin Ali as. adalah pintu kota ilmu Nabi Saww. Setiap ajaran agama, hukum syariat, akhlak yang mulia, dan tata krama luhur yang datang darinya, semua itu bersumber dari Nabi Saww. Konsekuensinya, kita harus mematuhi dan mengikutinya.

Sesungguhnya Nabi Saww. telah meninggalkan sumber ilmu pengetahuan untuk memenuhi kehidupan ini dengan hikmah dan kesejahteraan. Sumber itunya titipkan kepada Amirul Mukminin Ali as. agar umat ini dapat menimba darinya. Tetapi sangat sekali, kekuatan zalim yang dengki kepada Imam Ali as. telah menutup jendela cahaya tersebut, mencegah umat untuk mengambil manfat darinya, dan membiarkan mereka terperosok ke dalam kebodohan hidup ini.

💞💞💞💞💞

Sungguh sangat beruntung dan merupakan karunia Allah terindah bagi

seseorang yang dianugerahi mampu mengenal mencintai dan berwilayah pada Amirul Mukminin Ali as dan seluruh Imam Ma’shumin as.

Mengucapkan selamat berbahagia untuk seluruh kaum muslimin khususnya pecinta dan pengikut setianya Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as pada 13 Rajab hari wiladahnya beliau as

As’adallah ayyamana wa ayyamakum bi wiladah Imam Ali as.

اللهم عجل لوليك الفرج 🌹
اللهم صل على محمد وال محمد وعجل فرجهم

🌺🌹♥️💐💕Selamat Berbahagia atas Kelahiran Cucunya Rasulullah saw Imam Ali bin Husein as (Zainal Abidin AsSajjad) as 15 Jumadil Akhir 38 H. Dalam Riwayat kedua Riwayat Pertama 5 Syaban 38 H Dan doa Ziarah kepadanya.💕💐❤️🌹🌺

Biografi Singkat Imam Zainal Abidin As-Sajjad a.s.

Imam Ali bin Husein a.s. yang lebih dikenal dengan julukan as-sajjad dan zainal abidin dilahirkan di Madinah pada tanggal 15 Jumadil Akhirah 38 H. atau 5 Sya’ban 38 H. Wafatnya diracun oleh Hisyam bin Abdul Malik dan meneguk cawan syahadah pada usia 56 tahun. Ia dikuburkan di Baqi’, Madinah.

Ibu Imam Ali As-Sajjad adalah Ghazalah yang berasal dari kota Sanad atau Sajistan. Dan ia juga dikenal dengan nama Salafah atau Salamah. Akan tetapi, sebagian sumber sejarah menyatakan bahwa namanya adalah Shahr- banuweh, Shah-zanan, Shahr-naz, Jahan-Banuweh dan Khuleh. (Putri Raja Persia)

Imam Ali Zainal Abidin a.s. hidup pada masa paling kritis yang pernah dialami oleh Ahlul Bayt a.s. Ia hidup sezaman dengan memuncaknya penyelewengan setelah Rasulullah SAW. wafat.

Imam Ali Zainal Abidin a.s. dilahirkan tiga tahun sebelum syahadah Imam Ali a.s. Ketika ia lahir, kakeknya sedang sibuk menghadapi perang Jamal.

Setelah itu ia selalu menemani ayah tercintanya dalam setiap pergolakan negara.

Imam Sajjad a.s. memainkan peran yang sangat menentukan dalam menggalangkan kekuatan masyarakat untuk melawan Kezaliman Bani Umaiyah.

Setiap kali mendapatkan kesempatan untuk itu, ia tidak pernah membuang-buang kesempatan. Dengan penuh hati-hati, ia selalu mengawasi semua program pemerintahan masa itu.

Untuk mengenalkan masyarakat (dengan segala problema yang terjadi di masyarakat) ia memilih metode doa.

Di dalam doa-doanya ia mengungkapkan dan menafsirkan segala problema yang sedang menimpa masyarakat kala itu.

Shahifah Sajjadiah yang dikenal dengan Zabur Ahlul Bayt a.s. adalah sebuah peninggalan berharga dunia Islam yang sangat mendapat perhatian seluruh ulama setelah Al Quran dan Nahjul Balaghah.

Salah satu peninggalan berharga Imam Sajjad a.s. lainnya adalah buku kecil yang berisi masalah-masalah pendidikan dan etika. Peninggalan ini dikenal dengan nama Risalatul Huquq.

Dalam buku kecil ini yang memuat lima puluh satu hak, ia menerangkan tugas-tugas manusia, baik di hadapan Tuhannya, dirinya dan orang lain.

Kepedulian Imam Sajjad a.s. terhadap Fakir dan Miskin

Salah satu khidmat besar kepada masyarakat yang pernah dilakukan oleh Imam Ali Zainal Abidin a.s. adalah kepeduliannya terhadap anak yatim, fakir dan miskin serta hamba sahaya.

Diriwayatkan bahwa ia membiayai kehidupan seratus keluarga miskin. Sebagian penduduk Madinah selalu menerima bahan pangan pada malam hari dan mereka pergunakan untuk menjalankan kehidupan mereka. Akan tetapi, mereka tidak tahu bahan pangan tersebut berasal dari mana. Setelah Imam Sajjad a.s. meninggal dunia, baru mereka mengetahui siapa yang memberi bahan pangan kepada mereka setiap malam.

Imam Ali Zainal Abidin a.s. setiap malam memikul goni-goni yang penuh dengan bahan pangan dan roti lalu ia membagikannya kepada para fakir dan miskin seraya berbisik kepada dirinya:

“Bersedekah secara diam-diam akan memadamkan api murka Allah”.

Setelah ia meninggal dunia, penduduk Madinah berkata: “kami telah kehilangan sedekah secara diam-diam, karena Ali bin Husein telah meninggal dunia”.

Di sepanjang tahun karena seringnya ia memikul bahan-bahan pangan, bahunya mengapal. Ketika ia dimandikan, bahunya yang mengapal itu menarik perhatian khalayak ramai.

Ali bin Thawus dalam kitab Iqbaalul A’maal ketika menjelaskan amalan-amalan bulan Ramadhan berkata: “Ali bin Husein a.s. di malam terakhir bulan Ramadhan membebaskan dua puluh orang budak seraya berkata: “Aku ingin Allah melihatku membebaskan budak-budakku sehingga Ia akan membebaskanku dari api neraka kelak di hari kebangkitan “.

Ia tidak pernah menahan budak lebih dari satu tahun. Ketika ia membawa seorang budak ke rumahnya di awal atau pertengahan tahun, ia pasti membebaskannya pada malam hari raya Idul Fitri.

Ia sering membeli budak-budak berkulit hitam. Ketika musim haji tiba, ia membawa mereka bersamanya ke padang Arafah. Setelah itu, ia membebaskan mereka di tanah padang Masy’ar dan membekali mereka dengan hadiah uang. Dengan demikian, sangat banyak budak-budak di kota Madinah yang telah dibebaskan oleh Imam Sajjad a.s. Dan setelah bebas, mereka tidak memutuskan hubungan spiritual dengannya.

Mutiara Hikmah Imam Ali As-Sajjad a.s.

  1. Jiwa yang mulia : “Barang siapa memiliki jiwa yang mulia, maka dunia akan hina dalam pandangannya”.
  2. Dunia bukan tolak ukur nilai : “Sangat berbahaya bagi seseorang ketika ia tidak melihat dunia sebagai suatu bahaya bagi dirinya”.
  3. Menghindari berkata bohong : “Jauhilah berkata bohong, baik untuk hal sepele maupun untuk hal yang besar, baik serius maupun bergurau. Karena seseorang jika ia telah berani berbohong untuk hal-hal kecil, ia akan berani untuk berbohong untuk hal yang besar”.
  4. Sahabat tidak baik : “Hati-hatilah, jangan kau bersahabat dengan orang pembohong, karena ia akan mendekatkan kepadamu suatu yang jauh dan menjauhkan dalam pandanganmu sesuatu yang dekat.

Hati-hatilah, jangan kau bersahabat dengan orang fasik, karena ia akan memperjual-belikanmu dengan sesuap nasi atau lebih sedikit dari itu.

Hati-hatilah, jangan kau bersahabat dengan orang kikir, karena ia akan meninggalkanmu ketika engkau merasa membutuhkan bantuannya.

Hati- hatilah, jangan kau bersahabat dengan orang tolol, karena –menurut kata hatinya– ia ingin membantumu, akan tetapi malahan ia melakukan sesuatu yang membahayakanmu.

Hati-hatilah, jangan kau bersahabat dengan orang memutus tali silaturahmi, karena aku melihatnya terlaknat di dalam kitab Allah”.

  1. Jangan berbicara kecuali diperlukan : “Sesungguhnya pengetahuan dan kesempurnaan agama seorang muslim (dapat dilihat ketika) ia meninggalkan setiap ucapan yang tidak penting, jarang berdebat, sabar dan berakhlak yang terpuji”.
  2. Introspeksi diri dan mengingat hari kiamat : “Wahai anak Adam, kebaikan akan selalu bersamamu selama engkau memiliki penasihat dari dalam dirimu, mengintrospeksi diri, rasa takut (kepada Allah) menjadi syiarmu dan bertindak hati-hati menjadi bagian dari hidupmu. Wahai anak Adam, engkau akan mati, dibangkitkan dan disidang di hadapan Allah azza wa jalla. Oleh karena itu, persiapkanlah jawaban untuk-Nya”.
  3. Hasil doa : “Seorang mukmin ketika berdoa akan mendapatkan salah satu dari tiga hal ini:

doa itu akan disimpan untuknya di akhirat,

dikabulkan saat itu juga

atau satu bala` yang akan menimpanya dijauhkan darinya”.

Ziarah Imam Ali bin Husein Zainal Abidin Assajjad as

Ada beberapa riwayat dari Ahlul Bayt tentang Ziarah Imam Ali As-Sajjad as

1, Membaca Ziarah Aminullah sebagaimana yg dibaca Imam Jakfar Ash-Shodiq saat menziarahi Imam Ali AsSajjad as:

Ziarah Aminullah

أَلسَّلامُ عَلَيْكَ ياأَمِيْنَ الله فِي أَرْضِهِ
وَحُجَّتَهُ عَلى عِبادِهِ،
أَلسَّلامُ عَلَيْكَ ياأَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ،
أَشْهَدُ أَنَّكَ جَاهَدْتَ فِي الله حَقَّ جِهَادِهِ
وَعَمِلْتَ بِكِتَبِهِ وَاتَّبَعْتَ سُنَنَ نَبِيِّهِ
صَلَّى الله عَلَيْهِ وَآلِهِ
حَتَّى دَعَاكَ اللهُ إِلَى جِوَارِهِ
فَقَبَضَكَ إِلَيْهِ بِاخْتِيَارِهِ
وَأَلْزَمَ أَعْدَائَكَ الْحُجَّةَ
مَعَ مَا لَكَ مِنَ الْحُجَجِ الْبَالِغَةِ عَلى جَمِيْعِ خَلْقِهِ، أَللّهُمَّ فَاجْعَلْ نَفْسِيْ مُطْمَئِنَّةً بِقَدَرِكَ رَاضِيةً بِقَضَائِكَ، مُوْلَعَةً بِذِكْرِكَ وَدُعائِكَ مُحِبَّةً لِصَفْوَةِ أَوْلِيائِكَ، مَحْبُوبَةً فِيْ أَرْضِكَ وَسَمَائِكَ صَابِرَةً عَلى نُزُولِ بَلائِكَ شاكِرَةً لِفَوَاضِلِ نَعْمَائِكَ ذَاكِرَةً لِسَوَابِغِ آلاَئِكَ مُشْتَاقَةً إِلى فَرْحَةِ لِقَائِكَ مُتَزَوِّدَةً التَّقْوى لِيَوْمِ جَزَآئِكَ مُسْتَنَّةً بِسُنَنِ أَوْلِيائِكَ مُفَارِقَةً ِلأَخْلاَقِ أَعْدَائِكَ مَشْغُولَةً عَنِ الدُّنْيا بِحَمْدِكَ وَثَنَائِكَ.

Assalâmu a’layka yâ amînallâhi fî ardhih wa hujjatahu ‘alâ ‘ibâdih, Assalâmu a’layka yâ amîrol muk minîn, asy-hadu annaka jâhadta fillâhi haqqo jihâdihi wa ‘amilta bikitâbihi, wattaba’-ta sunana na biyyihi,shollallâhu a’layhi wa âlihi,hatta da-a’âkallahu ilâjiwârihi, Faqobadhoka ilayhi bi-ikhtiyârihi, wa alzama ‘a’-dâ-akal hujjata ma-a’ mâlaka minal hujâjil bâlighoh, a’lâ jamî-i’ kholqihi, Allâhumma faj-‘al nafsî mutma-innatan biqodarika, Rôdhiayatan biqodhô-ika, muhibbatan lishof wati awliyâ-ik,mah’bûbatan fî ardhika wa samâ-ika, shô-biratan ‘alânuzûli balâ-ika, Syâkirotan lifawâdhili na’-mâ-ika,dzâkiratan lisawâ bighi âlâ-ika, Mushtâqatan ilâ farhati liqô-ika, mutazawwidatattaqwâ liyawmi jazâ-ik,mus tannatan bisunani awliyâ-ika, Mufâ riqatan li-akhlâqi a’-dâ-ika, mash-ghûlatan ‘anid dunyâ bihamdika wa tsanâ-ika.

Salam sejahtera atasmu wahai kepercayaan Allah di muka bumi, dan argument atas semua hamba-Nya. Salam sejahtera atasmu wahai Amirul Mukminin. Aku bersaksi bahwa engkau telah berjuang di jalan Allah dengan sesungguh-sungguhnya jihad, dan engkau telah melaksanakan kitab-Nya, dan engkau telah mengikuti semua ajaran Nabi-Nya –semoga shalawat Allah senantiasa tercurah atas beliau dan keluarga beliau- sampai datang panggilan Allah kepadamu untuk menemui-Nya dan dengan kehendak-Nya Dia telah mencabut nyawamu, Dia telah mewajibkan argument atas musuh-musuhmu padahal wujudmu adalah salah satu argument yang jelas bagi semua makhluk. Ya Allah! Jadikanlah jiwaku jiwa yang tenang terhadap qadar dan rela terhadap qada-Mu, rindu dengan menyebut dan memanggil-Mu, mencintai wali-wali khusus-Mu yang pantas dicintai di bumi dan langit-Mu, bersabar atas turunnya ujian-Mu, bersyukur terhadap semua anugerah-Mu yang melimpah, mengingat segala karunia-Mu yang tak terkira, rindu pada keceriaan perjumpaan dengan-Mu, berbekal takwa saat hari balas jasa-Mu, mengikuti teladan para wali-Mu, menyalahi perilaku musuh-musuh-Mu, mengabaikan dunia dengan memuji dan memuja-Mu.
Selepas itu, letakkan pipi pada pusara, dan mengucap:

أَللّهُمَّ إِنَّ قُلُوْبَ الْمُخْبِتِيْنَ إِلَيْكَ وَالِهَةٌ,
وَسُبُلَ الرَّاغِبِيْنَ إِلَيْكَ شَارِعَةً,
وَأَعْلاَمَ القَاصِدِيْنَ إِلَيْكَ وَاضِحَةٌ،
وَأَفْئِدَةَ الْعَارِفِيْنَ مِنْكَ فَازِعَةٌ,
وَأَصْوَاتَ الدَّاعِيْنَ إِلَيْكَ صَاعِدَةٌ،
وَأَبْوَابَ الإِجَابَةِ لَهُمْ مُفَتَّحَةٌ,
وَدَعْوَةَ مَنْ نَاجَاكَ مُسْتَجَابَهٌ،
وَتَوْبَةَ مَنْ أَنَابَ إِلَيْكَ مَقْبُوْلَةٌ,
وَعَبْرَةَ مَنْ بَكَى مِنْ خَوْفِكَ مَرْحُومَةٌ,
وَاْلإِغَاثَةَ لِمَنْ اسْتَغَاثَ بِكَ مَوْجُودَةٌ,
وَاْلإِعَانَةَ لِمَنْ اسْتَعَانَ بِكَ مَبْذُولَةٌ,
وَعِدَاتِكَ لِعِبَادِكَ مُنْجَزَهٌ
وَزَلَلَ مَنِ اسْتَقالَكَ مُقَالَةٌ,
وَأَعْمَالَ الْعَامِلِيْنَ لَدَيْكَ مَحْفُوْظَةٌ,
وَأَرْزَاقَكَ إِلىَالْخَلاَئِقِ مِنْ لَدُنْكَ نَازِلَةٌ,
وَعَوَائِدَ الْمَزِيْدِ إِلَيْهِمْ وَاصِلَةٌ,
وَذُنُوْبَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ مَغْفُوْرَةٌ,
وَحَوَائِجَ خَلْقِكَ عِنْدَكَ مَقْضِيَّةٌ,
وَجَوائِزَ السَّائِلِيْنَ عِنْدَكَ مُوَفَّرَةٌ,
وَعَوَائِدَ الْمَزِيدِ مُتَوَاتِرَةٌ,
وَمَوَائِدَ الْمُسْتَطْعِمِيْنَ مُعَدَّةٌ,
وَمَنَاهِلَ الظِّمآءِ مُتْرَعَةٌ,
أَللّهُمَّ فَاسْتَجِبْ دُعَائِيْ,
وَاقْبَلْ ثَنَائِيْ,
وَاجْمَعْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ أَوْلِيَائِي
بِحَقِّ مُحَمَّدٍ وَعَلِيِّ, وَفَاطِمَةَ وَالْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ إِنَّكَ وَلِيُّ نَعْمائِي,
وَمُنْتَهَى مُنَايَ
وَغَايَةُ رَجَائِيْ فِيْ مُنْقَلَبِيْوَمَثْوايَ.

Allâhumma inna qulûbal mukhbi tîna ilayka wâlihah,wa subular rôghibîna ilayka syâri-‘ah, wa ‘a-lâmal qôsidîna ilayka wa dhihah,wa af-idatal ‘ârifîna minka fâzi’ah, Wa ashwâtad dâ-îna ilayka shô-‘i’dah, wa abwâbal ijâbati lahum mufattahah, wa da’-wata man nâ jâka mustajâbah, wa tawbata man ânâba ilayka maqbûlah, wa ‘abro ta man bakâ min khowfika marhûmah, Wal ighôtsata limanis-taghôtsa bika mawjûdah, wal i-‘ânata limanis ta-‘âna bika mabdzûlah, wa ‘idâtika li-i’bâdika mun jazah, wa zalâla manis-taqôlaka muqôlah, Wa ‘a-mâlal âmilîna la dayka mah’fûzhoh, wa arzâqoka ilal kholâ-iqi min ladunka nâzilah, wa ‘awâ-idal mazîdi ilayhim wâ shilah, Wa dunûbal mustagh-fi rîna maghfûroh, wa hawâ-ija khol qika indaka maqdhiyyah, Waja wâijassâ-ilîna ’indaka muwaffaroh, wa ‘awâ-idal mazîdi muta wâtiroh, wa mawâ-idal musta t’imîna mu-‘addah,wa manâhila zhimâ-i mutro-ah, Allahumma fas-tajib du‘â-î waqbal tsanâ-î , Waj-ma’-baynî wa bayna awliyâ-îbihaqqi muhammadin wa ‘aliyyin wa fâtimata wal hasani wal hu sayn innaka waliyyu na’-mâ-î wa muntahâ munâ ya wa ghôyatu rojâ-î, Fîmunqolabî wa matswây .

Ya Allah! Sesungguhnya hati yang takut terhadap-Mu adalah hati yang bingung, yang terbuka jalan-jalan kerinduan menuju-Mu, yang jelas tanda-tanda keinginan kepada-Mu, sedang ada rasa takut pada hati para arif, yang tinggi suara penyeru-Mu. Terbuka pintu-pintu ijabah bagi mereka, terijabah seruan orang yang menyeru-Mu, terkabul taubat bagi yang memintanya pada-Mu dan rahmat bagi mata yang menangis karena takut pada-Mu. Tersedianya pertolongan bagi yang memohon pertolongan pada-Mu, terwujud janji-janji yang telah Engkau janjikan pada hamba-Mu. Terampuni segala kesalahan orang yang memohon pengampunan kepada-Mu, terjaga segala perbuatan orang-orang yang berlaku baik di sisi-Mu dan datang dari-Mu rezeki kepada semua makhluk. Telah sampai kepada mereka, kelebihan anugerah-anugerah-Mu, terampuni segala dosa orang yang memohon pengampunan kepada-Mu, terkabul semua hajat makhluk-Mu di sisi-Mu dan terpenuhi semua permohonan orang yang memohon kepada-Mu. Berturut-turut kebajikan-kebajikan-Mu yang lebih, tersedia untuk mereka yang karena kebaikan-Mu merekamemohon rezeki kepada-Mu dan merupakan sumber mata air bagi mereka yang dahaga. Ya Allah! Kabulkanlah doaku, terimalah pujianku dan kumpulkanlah aku dengan wali-waliku. Demi jiwa Muhammad, jiwa Ali, jiwa Fatimah, jiwa Hasan dan jiwa Husain kabulkanlah doa-doa kami, sesungguhnya Engkau pemilik nikmatku, akhir keinginan dan akhir harapanku di dunia dan di akhirat.

Dalam kitab Kamil az-Ziarah disebutkan bahwa setelah doa ziarah tersebut terdapat lanjutan ziarah sebagai berikut:

أَنْتَ إِلَهِيْ وَسَيِّدِيْوَمَوْلايَ
إِغْفِرْ ِلاَؤْلِيائِنَا وَكُفَّ عَنَّا أَعْدائَنا
وَاشْغَلْهُمْ عَنْ أَذانَا
وَأَظْهِرْ كَلِمَةَ الْحَقِّ وَاجْعَلْهَا الْعُلْيَا
وَأَدْحِضْ كَلِمَةَ الْباَطِلِ وَاجْعَلْهَا السُّفْلى
إِنَّكَ عَلى كُلِّ شَيٍْ قَدِيرٌ.

Anta ilâhi wa sayyidî wa mawlay, ighfir li awliyâ-inâ wa kuffa ‘annâ ‘a’da’anâ wasy-gholhum ‘an âdzâ nâ wa azh-hir kalimatal haqqi waj’alhâl ulyâ wa adhidh kalmia tal bâthil waj’alhas suflâ innaka ‘alâ kulli syai -in qodîr.

Engkau adalah Tuhan, Tuan dan Junjunganku ampunilah para kekasih kami dan tahanlah para musuh dari kami, sibukkanlah mereka dari menggangguku, dan nampakkanlah kalimah al-Haq, jadikanlah ia tinggi, pudarkanlah kalimat batil dan jadikanlah ia rendah karena sesungguhnya Engkau Mahamampu atas segala sesuatu.

Lantas Imam Baqir as bersabda, “Tidak seorangpun yang berkata dengan ucapan ini, dan tidak ada seorang pun dari syiahku yang membaca doa ini sewaktu dia berada di makam Amirul Mukminin as atau di salah satu makam para imam as kecuali doanya tersebut akan diangkat melalui tangga cahaya dan akan distempel dengan stempel kenabian Muhammad saw, sedang pemiliknya akan diberi kabar gembira, penghormatan dan kemuliaan, Insya Allah.”
2, Ziarah dengan menyebutkan sifat-sifat Imam As-Sajjad as

زيارة الإمام علي السجاد
عليه الصلاة والسلام

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد

السَّلامُ عَلَيْكَ يَا زَيْنَ العَابِدِينَ .
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا زَيْنَ المُتَهَجِّدِينَ .
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا إِمَامَ المُتَّقِينَ .
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا دُرَّةَ الصَّالِحِينَ .
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا وَلِيَّ المُسْلِمِينَ
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا قُرَّةَ عَيْنِ النَّاظِرِينَ العَارِفِينَ السَّلامُ عَلَيْكَ يَا خَلَفَ السَّابِقِينَ .
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا وَصِيَّ الوَصِيِّينَ .
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا خَازِنَ وَصَايَا المُرْسَلِينَ . السَّلامُ عَلَيْكَ يَا ضَوْءَ المُسْتَوْحِشِينَ . السَّلامُ عَلَيْكَ يَا نُورَ المُجْتَهِدِينَ .
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا سِرَاجَ المُرْتَاضِينَ .
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا ذُخْرَ المُتَعَبِّدِينَ
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا مِصْبَاحَ العَالَمِينَ .
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا سَفِينَةَ العِلْمِ .
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا سَكِينَةَ الحِلْمِ .
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا مِيزَانَ القَصَاصِ .
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا سَفِينَةَ الخَلاصِ .
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا بَحْرَ النَّدَى .
السَّلامُ عَلَيْكَ بَدْرَ الدُّجَى .
السَّلامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا الأَوَّاهُ الحَلِيمُ .
السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُهَا الصَّابِرُ الحَكِيمُ .
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا رَئِيسَ البَكَّائِينِ .
السَّلامُ عَلَيْكَ يَا مِصْبَاحَ المُؤْمِنِينَ .
السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا مَوْلايَ يَا أَبَا مُحَمِّدٍ ،
أَشْهَدُ أَنَّكَ حُجَّةُ اللَّهِ ، وَابْنُ حُجَّتِهِ ،
وَأَبُو حُجَجِهِ وَابْنُ أَمِينِهِ ،
وَأَبُو أُمَنَائِهِ ،
وَأَنَّكَ نَاصَحْتَ فِي عِبَادَةِ رَبِّكَ ،
وَسَارَعْتَ فِي مَرْضَاتِهِ ،
وَخَيَّبْتَ أَعْدَاءَهُ ، وَسَرَرْتَ أَوْلِيَاءَهُ .
أَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ عَبَدْتَ اللَّهَ حَقَّ عِبَادَتِهِ ، وَاتَّقَيْتَهُ حَقَّ تُقَاتِهِِ ،
وَأَطَعْتَهُ حَقَّ طَاعَتِهِ حَتَّى أَتَاكَ اليَقِينُ ، فَعَلَيْكَ يَا مَوْلايَ يَا بْنَ رَسُولِ اللَّهِ
أَفْضَلُ التَّحِيَّةِ ،
وَالسَّلامُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ .
Mohon doanya??

Ilahi Amin!!!

40 Riwayat dari Pemimpin Wanita Ahli Sorga ; Sayyidah Fathimah Azzahra as Putri Rasulullah saww.

🌹💐🌷♥️🌺Selamat berbahagia atas Kelahiran Sayyidah Fathimah as pemimpin wanita alam semesta; 20 Jumadil Akhir tahun ke 8 sebelum Hijrah💕🌺🌹💐🌷

  1. Kedudukan Ahlul Bayt a.s. di sisi Allah

“Panjatkanlah puja kepada Dzat yang karena keagungan dan cahaya-Nya seluruh penduduk langit dan bumi mencari perantara untuk menuju kepada-Nya. Kami adalah perantara-Nya di antara makhluk-Nya, kami adalah orang-orang keistimewaan-Nya dan tempat menyimpan kesucian-Nya, kami adalah hujjah-Nya berkenaan dengan rahasia ghaib-Nya, dan kami adalah pewaris para nabi-Nya”.

  1. Segala yang memabukkan adalah haram

Rasulullah SAWW pernah bersabda kepadaku: “Wahai kekasih ayahnya, segala yang memabukkan adalah haram, dan segala yang memabukkan adalah khamar”.

  1. Wanita terbaik

“Yang baik bagi wanita, hendaknya ia tidak melihat laki-laki dan laki-laki tidak melihatnya”.

  1. Hasil ibadah, yang disertai ikhlas

“Orang yang menghadiahkan kepada Allah ibadahnya yang murni, maka Ia akan menurunkan kepadanya kemaslahatannya yang terbaik”.

  1. Kemurkaan Fathimah a.s.

Rasulullah SAWW bersabda: “Kerelaan Fathimah adalah kerelaanku dan kemurkaannya kemurkaanku. Barang siapa mencintai Fathimah putriku, maka ia telah mencintaiku, barang siapa yang membuatnya rela, maka ia telah membuatku rela, dan barang siapa membuatnya murka, maka ia telah membuatku murka”?

  1. Umat yang paling buruk

Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Umatku yang terburuk adalah mereka yang berlimpahan nikmat, makan makanan yang berwarna-warni, memakai pakaian yang beraneka ragam dan mengucapkan segala yang diinginkan”.

  1. Kapan seorang wanita lebih kepada Allah?

Fathimah a.s. bercerita: Rasulullah SAWW pernah bertanya kepada para sahabat mengenai wanita apakah dia?
“(Wanita adalah) sebuah rahasia (yang harus dijaga)”, jawab mereka pendek.
“Kapankah ia lebih dekat kepada Tuhannya?”, tanya Rasulullah SAWW kembali.
Mereka tidak dapat menjawab. Ketika ia (Fathimah a.s.) mendengar hal itu, spontan ia menjawab: “Ketika ia berada di dalam rumahnya”.
“Fathimah a.s. adalah penggalan tubuhku”, sabda Rasulullah SAWW menimpali.

  1. Buah mengirimkan shalawat kepada Fathimah a.s.

Fathimah a.s. berkata: Rasulullah SAWW pernah berkata kepadaku: “Wahai Fathimah, barang siapa bershalawat kepadamu, maka Allah akan mengampuni (dosa-dosanya) dan mengumpulkannya denganku di surga”.

  1. Ali a.s. adalah seorang panutan dan pemimpin

Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Barang siapa yang menganggap aku sebagai walinya, maka Ali adalah walinya, dan barang siapa yang menganggap aku sebagai imamnya, maka Ali adalah imamnya”.

  1. Hijab Fathimah a.s.

Suatu hari Rasulullah SAWW bertamu ke rumah Fathimah a.s. dengan membawa seorang buta. Ia langsung menutup dirinya dengan hijab supaya tidak dilihat oleh orang tersebut. Rasulullah SAWW langsung bertanya: “Mengapa engkau menutupi dirimu dengan hijab padahal ia tidak dapat melihatmu?”
“Jika ia tidak dapat melihatku, aku yang dapat melihatnya. Ia dapat mencium aroma badanku”, jawabnya.
“Aku bersaksi bahwa engkau adalah pengalan tubuhku”, jawab Rasulullah SAWW menimpali.

  1. Sebuah konsep hidup yang sempurna

Fathimah a.s. berkata: (Pada suatu malam) Rasulullah SAWW pernah bertamu ke rumahku dan aku sudah naik ke ranjang untuk tidur malam. Ia berpesan: “Wahai Fathimah, janganlah engkau tidur kecuali setelah melakukan empat hal: mengkhatamkan Al Quran, menjadikan para nabi a.s. sebagai pemberi syafaatmu,
menjadikan mukminin rela terhadap dirimu
dan melaksanakan haji dan umrah”.
Setelah berkata demikian, ia langsung melaksanakan shalat. Aku sabar menunggunya hingga ia menyelesaikan shalatnya. Setelah menyelesaikan shalatnya, aku bertanya: “Wahai Rasulullah, engkau memerintahkanku untuk melaksanakan empat hal yang tidak mungkin dapat kukerjakan dalam kondisi seperti ini?”
Ia tersenyum seraya berkata: “Jika engkau membaca ‘qul huwallaahu ahad’ (maksudnya membaca surah al-ikhlash — pen.) sebanyak tiga kali, maka kamu telah mengkhatamkan Al Quran, jika engkau bershalawat kepadaku dan kepada para nabi sebelumku, maka kami akan memberikan syafaat kepadamu pada hari kiamat, jika engkau beristigfar untuk mukminin, maka mereka akan rela terhadapmu, dan jika engkau membaca ‘subhaanallaah wal hamdulillaah walaa ilaaha illallaah wallaahu akbar’ engkau telah mengerjakan haji dan umrah”.

12.Kerelaan suami

Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Celakalah seorang istri yang membuat suaminya marah dan kabar gembira bagi seorang istri yang suaminya rela terhadapnya”.

13.Manfaat cincin akik

Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Barang siapa yang selalu memakai cincin akik, maka ia akan selalu melihat kebaikan”.

14.Ali a.s. adalah pemecah problema yang terbaik

Fathimah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW pernah bercerita: Sekelompok malaikat pernah bertengkar tentang suatu masalah. Kemudian mereka meminta seorang penengah dari bangsa manusia. Allah mewahyukan kepada mereka agar memilih siapa yang mereka sukai. Akhirnya mereka memilih Ali bin Abi Thalib a.s.

15.Wanita penghuni neraka

Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bercerita tentang pengalamannya setelah melihat penduduk neraka: “Wahai putriku, wanita yang digantung dengan rambutnya itu adalah wanita yang tidak menutupi rambutnya dari pandangan laki-laki,
wanita yang digantung dengan lidahnya adalah wanita yang suka mengganggu suaminya. Adapun wanita yang berkepala babi dan berbadan keledai adalah wanita yang suka mengadu domba dan pembohong, dan wanita yang berbadan anjing adalah wanita penyanyi dan penghasut”.

16.Syarat-syarat orang yang berpuasa

“Orang yang sedang menjalankan puasa jika tidak menjaga mulut, telinga, mata dan seluruh anggota badannya, maka ia tidak termasuk kategori orang yang berpuasa”.

17.Muslim pertama dan yang paling alim

Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Suamimu adalah orang yang paling alim, orang yang pertama masuk Islam dan orang yang paling penyabar”.

18.Menolong keturunan Rasulullah SAWW

Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Jika seseorang pernah menolong seorang dari keturunanku dan ia belum membalasnya, maka aku yang akan membalasnya”.

19.Ali a.s. dan para pengikutnya

Fathimah a.s. berkata: “Ayahku melihat Ali a.s. seraya berkata: “Orang ini dan para pengikutnya adalah penghuni surga”.

20.Para pengikut Ali a.s. di hari kiamat

Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Wahai Abal Hasan, engkau dan para pengikutmu adalah penghuni surga”.

21.Al Quran dan ‘itrah dalam ucapan Rasulullah SAWW

Fathimah a.s. bercerita: Aku pernah mendengar ayahku berpesan ketika ia sedang menunggu ajal tiba dan kamarnya dipenuhi oleh para sahabat: “Wahai manusia, tidak lama lagi aku harus pergi meninggalkan kalian dan sebelum ini telah kusampaikan sebuah pesan sebagai hujjah terakhir bagi kalian. Ingatlah baik-baik, aku tinggalkan bagi kalian kitab Tuhanku dan Ahlul Baytku”. Kemudian mengangkat tangan Ali a.s. seraya berseru: “Inilah Ali. Ia akan selalu bersama Al Quran dan Al Quran juga akan selalu bersamanya. Keduanya tidak akan pernah berpisah hingga mereka datang menghadapku di telaga surga. Oleh karena itu, aku akan menanyakan kalian bagaimana kalian memperlakukan keduanya”.

22.Mencuci Tangan

Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Janganlah menyalahkan kecuali dirinya sendiri orang yang hendak tidur malam sedangkan tangannya masih berlumuran debu”.

23.Balasan bagi orang yang selalu berwajah ceria

“Selalu berwajah ceria akan membawa seseorang masuk surga”.

24.Konsekuensi berumah tangga

“Wahai Rasulullah, tanganku telah mengapal karena setiap hari aku harus membuat tepung dan membuat adonan roti”.

25.Bahaya kikir

Fathimah a.s. berkata: Rasulullah pernah berpesan kepadaku: “Jauhilah sifat kikir, karena kikir adalah sebuah penyakit yang tidak akan menjangkiti orang dermawan. Jauhilah sifat kikir, karena sifat kikir adalah sebuah pohon di neraka yang ranting-rantingnya menjulur ke dunia. Barang siapa yang berpegang teguh kepada sebatang rantingnya (di dunia), maka tangkai tersebut akan menyeretnya ke dalam neraka”.

26.Pahala kedermawanan

Fathimah a.s. berkata: Rasulullah SAWW pernah berpesan kepadaku: “Peganglah sifat kedermawanan, karena sifat itu adalah sebuah pohon di surga yang ranting-rantingnya menjulang ke bumi. Barang siapa yang berpegangan dengan sebatang tangkainya (di dunia), maka tangkai tersebut akan menuntunnya menuju surga”.

27.Pahala mengucapkan salam kepada Rasulullah SAWW dan Fathimah a.s.

Fathimah a.s. berkata: Rasulullah SAWW pernah bersabda kepadaku: “Barang siapa yang mengucapkan salam kepadaku dan kepadamu selama tiga hari berturut-turut, maka ia berhak mendapatkan surga”.

28.Senyum yang penuh rahasia

Aisyah bercerita: Ketika Rasulullah SAWW sedang sakit parah, ia memanggil putrinya seraya membisikkan sesuatu di telinganya. Fathimah a.s. menangis. Kemudian ia membisikkan sesuatu untuk kedua kalinya. Fathimah a.s. tersenyum. Setelah itu aku bertanya kepadanya tentang hal itu. Ia menjawab: “Tangisku karena Rasulullah SAWW memberitahu kepadaku bahwa ia akan segara meninggal dunia, dan senyumku karena ia memberitahu kepadaku bahwa aku adalah orang pertama yang akan menyusulnya”.

29.Rasulullah SAWW adalah ayah bagi keturunan Fathimah a.s.

Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menjadikan setiap keturunan yang berasal dari seorang ibu sebagai keluarga yang berhubungan nasab langsung dengannya kecuali keturunan Fathimah. Karena aku adalah wali mereka (dan nasab mereka menyambung kepadaku)”.

30.Kebahagiaan sejati

Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Jibril mewahyukan kepadaku bahwa orang yang sesungguhnya bahagia adalah orang yang mencintai Ali, baik pada masa hidupku maupun setelah wafatku”.

31.Rasulullah SAWW dan Ahlul Bayt a.s.

Fathimah a.s. bercerita: Suatu hari aku bertamu ke rumah Rasulullah SAWW. Ia membentangkan sehelai kain seraya berkata kepadaku: “Duduklah di atasnya”. Tak lama kemudian Hasan masuk. Rasulullah SAWW berkata kepadanya: “Duduklah bersama ibumu”. Selang beberapa waktu Husein masuk. Ia berkata kepadanya: “Duduklah bersama mereka berdua”. Kemudian Ali masuk. Ia berkata kepadanya: “Duduklah bersama mereka”. Setelah itu Rasulullah SAWW melipat kain tersebut sehingga menutupi kami seraya berkata: “Mereka adalah dariku dan aku dari mereka. Ya Allah, ridhailah mereka sebagaimana aku ridha atas mereka”.

32.Doa Rasulullah SAWW ketika masuk dan keluar dari masjid

Ketika masuk masjid, Rasulullah SAWW selalu membaca doa “Bismillaah, allaahumma shalli ‘alaa Muhammad waghfir dzunuubii waftah lii abwaaba rahmatik”, dan ketika keluar dari masjid, ia membaca doa “Bismillaah, allaahumma shalli ‘alaa Muhammad waghfir dzunubii waftah lii abwaba fadhlik”.

33.Keutamaan waktu antara fajar hingga matahari terbit

Fathimah a.s. bercerita: Suatu pagi Rasulullah lewat di sampingku ketika aku sedang berbaring hendak tidur pagi. Ia menggerakkanku dengan kakinya seraya berkata: “Wahai putriku, bangunlah, saksikanlah rezeki Tuhanmu dan janganlah engkau termasukdalam golongan orang-orang yang lupa. Karena Allah akan membagi rezeki manusia di antara waktu fajar dan matahari terbit”.

34.Orang sakit berada di bawah lindungan Allah

Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Ketika seorang hamba sakit, Allah mewahyukan kepada para malaikat: “Bebaskanlah dia dari taklif selama ia menjadi tanggungan-Ku. Karena Akulah yang menahannya (dengan jalan menyakitkannya) sehingga Aku mencabut nyawanya atau menyembuhkannya”. Ayahku sering berkata: “Allah mewahyukan kepada para malaikat: “Tulislah bagi hamba-Ku ini sebanyak pahala amalan yang dikerjakannya pada waktu ia sehat”.

35.Menghormati orang lain

Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Orang yang baik di antara kalian adalah orang yang paling luwes bergaul dengan orang-orang sekitarnya dan yang paling pengertian terhadap istrinya”.

36.Pahala membebaskan budak

Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Barang siapa yang membebaskan seorang budak mukmin, maka ia akan terbebaskan dari api neraka”.

37.Waktu terkabulnya doa

Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Pada hari Jumat terdapat sebuah waktu yang jika seorang hamba berdoa demi kebaikan di dalamnya, niscaya Allah akan mengabulkannya. (Waktu itu) adalah menjelang matahari terbenam”.

38.Meremehkan shalat

Fathimah a.s. berkata: Aku pernah bertanya kepada ayahku berkenaan dengan orang yang meremehkan shalat, baik laki-laki maupun wanita. Ia bersabda: “Barang siapa yang meremehkan shalat, baik laki-laki maupun wanita, Allah akan menimpakan atasnya lima belas macam bala:

  1. Allah akan menghilangkan berkah dari umurnya.
  2. Allah akan menghilangkan berkah dari rezekinya.
  3. Allah akan memusnahkan tanda-tanda orang saleh dari wajahnya.
  4. Setiap amalan yang diamalkannya tidak akan diberi pahala.
  5. Doanya tidak akan naik ke langit (baca : tidak dikabulkan).
  6. Doa orang-orang saleh tidak akan meliputinya.
  7. Ia akan meninggal dunia terhina.
  8. Ia akan meninggal dunia kelaparan.
  9. Ia akan meninggal dunia kehausan. Seandainya ia minum seluruh air sungai yang berada di dunia ini, niscaya dahaganya tidak akan sirna.
  10. Allah akan mengutus malaikat yang siap menakut-nakutinya di dalam kubur.
  11. Kuburannya akan terasa sempit dan hanya kegelapan yang akan menyelimutinya.
    Allah akan mengutus malaikat yang akan menyeretnya dalam keadaan tengkurap dengan disaksikan oleh para makhluk (yang lain).
  12. Ia akan dihisab dengan hisab yang berat.
  13. Allah tidak akan sudi melihat wajahnya (baca : berpaling darinya), dan
  14. Allah tidak akan menyucikannya, dan baginya siksaan yang pedih”.

39.Kekalahan para lalim

Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Jika dua pasukan yang zalim saling berperang, Allah akan membiarkan mereka dan tidak penting bagi-Nya pasukan mana yang akan menang. Dan jika dua pasukan zalim saling berperang, maka kekalahan akan dialami oleh pasukan yang terzalim”.

40.Cuplikan khotbah Fathimah a.s.
Fathimah a.s. pernah melantunkan sebuah khotbah terkenalnya di masjid yang cuplikannya adalah sebagai berikut: “Allah menciptakan iman demi menyucikan kalian dari kemusyrikan, mewajibkan shalat demi membersihkan kalian dari sifat congkak, mewajibkan zakat demi menyucikan jiwa dan menambah rezeki, mewajibkan puasa demi memperkokoh ikhlas (dalam jiwa kalian), mewajibkan haji demi memperkokoh agama, menganjurkan (bertindak) adil demi mematri kalbu, mewajibkan taat kepada kami demi teraturnya masyarakat, memproklamirkan keimamahan kami demi menjaga umat dari berpecah-belah, mewajibkan jihad demi memuliakan Islam, menganjurkan kesabaran demi membantu mendapatkan pahala, mewajibkan amar ma’ruf demi menjaga kemaslahatan umum, memerintahkan berbuat baik kepada orang tua demi menghindari kemurkaan-Nya, menganjurkan silaturahmi demi memperbanyak jumlah saudara, mewajibkan qishash demi menjaga pertumpahan darah, mewajibkan melaksanakan nazar demi memperoleh pengampunan, mewajibkan menyempurnakan timbangan demi mengikis habis sifat curang dalam jual beli, melarang meminum khamar demi membersihkan (umat) dari kekotoran (jiwa), melarang menuduh (orang lain) demi menghindarkan dari laknat, melarang mencuri demi mewujudkan harga diri, mengharamkan kemusyrikan demi terwujudnya ikhlas (dan pengakuan) terhadap ketuhanan-Nya. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah dengan sesungguhnya, janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim dan taatilah Dia sesuai dengan perintah dan larangan-Nya, karena hanya orang-orang alim yang akan takut kepada-Nya”.

Ziarah Sayyidah Fathimah Az-Zahra as

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا بِنْتَ رَسُوْلِ اللهِ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ
يَابِنْتَ نَبِيِّ اللهِ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا بِنْتَ حَبِيْبِ اللهِ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا بِيْتَ خَلِيْلِ اللهِ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَابِنْتَ صَفِيِّ اللهِ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا بِنْتَ أَمِيْنِ اللهِ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا بِنْتَ خَيْرِ خَلْقِ اللهِ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا بِنْتَ أَفْضَلِ أَنْبِيَآءِ اللهِ وَرُسُلِهِ وَمَلآئِكَتِهِ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا بِنْتَ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا سَيِّدَةِ نِسَاءِ الْعَالَمِيْنَ مِنَ اْلأَوَّلِيْنَ وَاْلآخِرِيْنَ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا زَوْجَةَ وَلِيِّ اللهِ وَخَيْرِ الْخَلْقِ بَعْدَ رَسُوْلِ اللهِ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا أُمَّ الْحَسَنِ وُالْحُسَيْنِ سَيِّدَيْ شَبَابِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ أَيَّتُهَا الصَِّدِّيْقَةُ الشَّهِيْدَةُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ أَيَّتُهَا الرَّضِيَّةُ الْمَرْضِيَّةُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ أَيَّتُهَا الْفَاضِلَةُ الزَّكِيَّةُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ أَيَّتُهَا الْحَوْرَاءُ اْلإِنْسِيَّةُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ أَيَّتُهَا التَّقِيَّةُ النَّقِيَّةُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ أَيَّتُهَا الْمُحَدَّثَةُ الْعَلِيْمَةُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ أَيَّتُهَا الْمَظْلُوْمَةُ الْمَغْصُوْبَةُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ أَيَّتُهَا الْمُضْطَهَدَةُ الْمَقْهُوْرَةُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكِ يَا فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُوْلِ اللهِ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. صَلَّى اللهُ عَلَيْكِ وَعَلَى رُوْحِكِ وَبَدَنِكِ، أَشْهَدُ أَنَّكِ مَضَيْتِ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّكِ وَأَنَّ مَنْ سَرَّكِ فَقَدْ سَرَّ رَسُوْلَ اللهِ، وَمَنْ جَفَاكِ فَقَدْ جَفَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَنْ آذَاكِ فَقَدْ آذَى رَسُوْلَ اللهِ، وَمَنْ وَصَلَكِ فَقَدْ وَصَلَ رَسُوْلَ اللهِ، وَمَنْ قَطَعَكِ فَقَدْ قَطَعَ رَسُوْلَ اللهِ، ِلأَنَّكِ بِضْعَةٌ مِنْهُ، وَرُوْحُهُ الَّتِي بَيْنَ جَنْبَيْهِ، كَمَا قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ، أُشْهِدُ اللهَ وَرُسُلَهُ وَمَلآئِكَتَهُ أَنِّي رَاضٍ عَمَّنْ رَضِيْتِ عَنْهُ، سَاخِطٌ عَلَى مَنْ سَخِطْتِ عَلَيْهِ، مُتَبَرِّىءٌ مِمَّنْ تَبَرَّأْتِ مِنْهُ، مُوَالٍ لِمَنْ وَالَيْتِ، مُعَادٍ لِمَنْ عَادَيْتِ، مُبْغِضٌ لِمَنْ أَبْغَضْتِ، مُحِبٌّ لِمَنْ أَحْبَبْتِ، وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا، وَحَسِيْبًا وَجَازِيًا وَمُثِيْبًا

Salam atasmu duhai putri Rasulullah. Salam atasmu duhai putri Nabi Allah. Salam atasmu duhai putri kekasih Allah. Salam atasmu duhai putri kesayangan Allah Salam atasmu duhai putri pilihan Allah. Salam atasmu duhai putri kepercayaan Allah
Salam atasmu duhai putri makhluk terbaik Allah Salam atasmu duhai putri Nabi yang paling utama, putri Rasul yang paling utama dan mailakatnya Salam atasmu duhai putri manusia terbaik. Salam atasmu duhai penghulu wanita semua alam, dari yang pertama dan terakhir
Salam atasmu duhai istri wali Allah, sebaik-baik makhluk setelah Rasulullah saw. Salam atasmu duhai bunda Al-Hasan dan Al-Husain penghulu pemuda ahli surga. Salam atasmu duhai as-shiddiqah dan as-syahiidah. Salam atasmu duhai yang rela dan direlai. Salam atasmu duhai yang utama dan suci

Salam atasmu duhai manusia bidadari. Salam atasmu duhai yang taqwa dan suci. Salam atasmu duhai yang berbicara dengan malaikat dan yang alim. Salam atasmu duhai yang teraniaya dan yang dirampas. Salam atasmu duhai yang diperah dan dikuasai haknya
Salam atasmu duhai Fatimah, putri Rasul, semoga rahmat Allah juga berkah-Nya (dilipahkan atasmu)
Semoga shalawat Allah selalu atasmu, ruhmu dan jasadmu, aku bersaksi bahwa engkau berada di atas kebenaran dari Tuhanmu, dan siapa yang telah menyenangkanmu, berarti telah menyenangkan Rasul Allah saw. Siapa yang menyakitimu berarti menyakiti Rasulullah saw.
Siapa yang menghubungimu berarti menghubungi Rasulullah saw. Siapa yang memutuskan hubungan denganmu berarti telah memutuskan hubungan dengan Rasulullah saw. Karena engkaulah darah dagingnya, serta ruhnya yang ada pada kedua sampingnya Sebagaimana sabda Rasulullah saw,’Saya mempersaksikan pada Allah, rasul-rasul dan para malaikat-Nya,
bahwa saya rela dari siapa yang engkau relai (wahai Fathimah) dan murka pada siapa yang engkau murkai Saya berlepas diri dari orang yang engkau berlepas diri darinya, Saya mencintai pada siapa yang engkau cintai, Saya memusuhi pada siapa yang engkau musuhi, Saya marah pada siapa yang engkau marahi, Saya sayang pada siapa yang engkau sayangi. Cukuplah Allah sebagai saksi, Yang akan memperhitungkan, Yang akan membalas dan mengganjar.